Opini

Opini: Sudahkah Indonesia menjadi Rumah Aman Bagi Semua Agama?

Kejadian tersebut terjadi ketika rombongan pelajar yang berusia 10 hingga 14 tahun bersama pendamping mereka sementara mengadakan kegiatan retret. 

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Gebrile Mikael Mareska Udu. 

Kedua, prasangka mayoritas terhadap minoritas begitu pun sebaliknya. Prasangka yang dimaksud merujuk pada rasa superior kelompok mayoritas ketika berhadapan dengan kelompok minoritas

Rasa superior mengarah pada sikap merasa benar, lebih sah, dan lebih berhak “bersuara” dalam ruang sosial dan keagamaan. 

Sementara kelompok minoritas merasa inferior, tidak berdaya atau takut ketika berhadapan dengan kelompok mayoritas

Prasangka inferior tersebut membuat kelompok harus “meminta izin” ketika menjalankan ibadah meskipun negara telah membuka ruang ekspresi sebebas-bebasnya oleh negara.

Ketiga, mitos dari mayoritas. Poin ketiga ini berangkat dari klaim bahwa kehidupan politik suatu bangsa amat ditentukan oleh suara mayoritas

Bahwasanya suara mayoritas kerap menjadi penentu dalam ajang kontestasi elite politik. 

Dalam praksis demokrasi memang benar bahwa suara terbanyak menjadi penentu kemenangan dalam pemilihan umum atau keputusan politik. 

Ironisnya, hal ini menciptakan mitos mayoritas di mana ada keyakinan bahwa mayoritas bukan hanya menentukan hasil politik tetapi juga menentukan nilai moral, kebenaran sosial dan kehidupan publik.  

Padahal mitos ini mampu mengaburkan prinsip dasar demokrasi yang bukan hanya soal siapa yang terbanyak melainkan juga soal bagaimana melindungi yang lemah dan memastikan keadilan bagi semua warga negara.

Tiga poin yang telah dijabarkan rentan menimbulkan sikap intoleransi dalam relasi antaragama. 

Jika ketiganya dibiarkan begitu saja, cita-cita Bung Karno menjadi sia-sia belaka. Oleh karena itu kita perlu langkah solutif.

Kembali Ke dalam: Menuju Dialog Antariman

Bahaya prinsip mayoritas dan minoritas dalam keberagaman bangsa secara khusus dalam hal agama hanya bisa dihadapi dengan jalan dialog. 

Secara sederhana dialog dipahami sebagai percakapan antara dua orang atau lebih yang memungkinkan terjadinya pertukaran nilai yang dimiliki masing-masing pihak. 

Dialog juga berarti pergaulan antara pribadi-pribadi yang saling memberikan diri dan berusaha mengenal pihak lain sebagaimana adanya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved