Opini
Opini: Menggenggam Dunia dengan Bahasa
Maka, ketika seseorang menguasai kata, ia sesungguhnya sedang menggenggam kekuatan untuk membentuk dunia.
Ketika suatu istilah dipopulerkan, ia bisa mengubah norma sosial. Kata seperti “toxic” atau “healing” di media sosial, kini menjadi bagian dari cara hidup banyak orang.
Kata yang tepat dapat memobilisasi massa. Sejarah mencatat bagaimana pidato dan slogan menjadi pemantik perubahan sosial. Dari revolusi hingga reformasi, semua diawali oleh kekuatan kata.
Kata dalam Dunia Politik
Dalam politik, kata adalah senjata utama. Persaingan bukan hanya terjadi di medan kebijakan, tapi juga dalam membentuk narasi. Pemimpin yang pandai berkata akan lebih mudah menggiring opini publik.
Kata bisa menutupi atau menyingkap kebenaran. Retorika politik sering kali mengaburkan fakta demi menjaga citra. Dalam debat, kata-kata menjadi alat manuver yang strategis.
Janji politik dirangkai dengan diksi yang membujuk. Kalimat yang menyentuh hati rakyat sering kali lebih efektif dari pada data dan statistik. Emosi lebih mudah dipantik lewat kata-kata.
Namun, bahasa politik juga rawan manipulasi. Kata-kata bisa direkayasa untuk menipu, menyesatkan, atau menutupi kekurangan kebijakan. Maka literasi politik menjadi sangat penting.
Propaganda dibangun dari bahasa yang dipelintir. Kata-kata sederhana bisa dipoles menjadi alat pembenaran kekuasaan, bahkan kediktatoran.
Perdebatan publik membutuhkan kejernihan berpikir dan ketepatan berbahasa. Diskusi yang sehat bergantung pada kemampuan menggunakan kata dengan etis dan logis.
Bahasa dapat menumbuhkan legitimasi atau menghancurkannya. Figur publik yang keliru berkata bisa kehilangan kepercayaan hanya dalam hitungan detik.
Kata bukan hanya cerminan niat, tapi juga pembentuk kebijakan. Pernyataan resmi pemimpin bisa menggerakkan ekonomi, keamanan, bahkan nasib negara.
Literasi dan Ketahanan Sosial
Literasi bukan sekadar kemampuan membaca huruf. Ia mencakup pemahaman, penafsiran, dan kemampuan menggunakan informasi secara kritis. Literasi adalah dasar ketahanan sosial.
Kata menjadi bahan mentah dalam proses berpikir kritis. Siapa yang mampu mengolah kata, mampu memilah kebenaran dan kebohongan. Di era informasi, kemampuan ini sangat vital.
Hoaks menyebar melalui kata. Namun, dengan literasi yang baik, masyarakat dapat memfilter informasi, menimbang sumber, dan menghindari disinformasi. Masyarakat yang literat lebih tahan terhadap provokasi.
Opini: Nusa Tenggara Timur Menuju Swasembada Pangan |
![]() |
---|
Opini: Seni Berkarakter di Ujung Tanduk, Bakat Muda NTT Tenggelam dalam Arus Globalisasi |
![]() |
---|
Opini: Jebakan Passing Grade ASN, Bom yang Siap Meledak di Jantung Birokrasi Negeri |
![]() |
---|
Opini - Literasi Sains dan Kesadaran Isu Lingkungan di Kalangan Anak Muda |
![]() |
---|
Opini: Makin Merah Kerokan, Makin Parah Masuk Angin? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.