Opini

Opini: Menggenggam Dunia dengan Bahasa

Maka, ketika seseorang menguasai kata, ia sesungguhnya sedang menggenggam kekuatan untuk membentuk dunia.

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Yoseph Yoneta Motong Wuwur 

Oleh: Yoseph Yoneta Motong Wuwur
Warga, Lembata, NTT

POS-KUPANG.COM - Melalui kata, manusia tak hanya saling memahami, tetapi juga menyusun narasi kolektif yang melintasi generasi. 

Kata adalah jembatan sejarah. Dengannya, kisah nenek moyang dapat dituliskan, dipelajari, dan diwariskan. 

Kata juga merupakan mesin penggerak ilmu pengetahuan. Gagasan-gagasan rumit dituangkan dalam bahasa yang sistematis agar dapat dibagi dan diuji.

Tanpa bahasa, budaya akan tergusur. Bahasa menjadi pengikat nilai, norma, dan identitas suatu komunitas. Ia bukan hanya alat; ia adalah cermin dari cara berpikir sebuah bangsa.

Lebih dari itu, bahasa menciptakan pola berpikir. Setiap struktur gramatika, diksi, hingga metafora memengaruhi cara otak kita menyusun kata. 

Maka, ketika seseorang menguasai kata, ia sesungguhnya sedang menggenggam kekuatan untuk membentuk dunia.

Kata Mempengaruhi Cara Pikir

Pilihan kata membentuk cara kita melihat sesuatu. Kata "perjuangan" dan "pemberontakan", misalnya, meski merujuk pada peristiwa yang mirip, membawa nuansa yang berbeda. 

Di sanalah letak kekuatan tersembunyi kata—ia membentuk persepsi. Emosi pun terbentuk oleh bahasa. Kata-kata yang lembut dapat menenangkan, sementara diksi yang tajam memicu kemarahan. 

Dalam konflik, satu frasa dapat memadamkan api, atau justru menyulut bara. Narasi, kumpulan kata yang terstruktur, pemaknaan terhadap fakta. 

Sebuah data statistik bisa terlihat mengerikan atau menenangkan, tergantung bagaimana ia disajikan. 

Bahasa juga membatasi dan membentuk kemampuan kognitif. Kita memahami sesuatu sejauh yang bisa kita ucapkan atau tuliskan. Itulah mengapa pengayaan kosa kata penting untuk memperluas daya pikir.

Berpikir pun tak lepas dari bahasa. Kita tidak merenung dalam angka, melainkan dalam kata.

Bahasa menjadi sarana berpikir yang tak tergantikan, bahkan dalam sains sekalipun. Ucapan kita menciptakan realitas sosial. 

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved