Opini
Opini: Seni Berkarakter di Ujung Tanduk, Bakat Muda NTT Tenggelam dalam Arus Globalisasi
Anak-anak muda di NTT memiliki bakat luar biasa. Mereka bisa bernyanyi, menari, dan berpuisi dengan kekuatan ekspresi yang luar biasa.
Oleh: Pieter Kembo
Seniman Teater dan Film, tinggal di Kota Kupang
POS-KUPANG.COM - Nusa Tenggara Timur (NTT) dikenal sebagai wilayah kaya budaya— tempat hidupnya seni pertunjukan yang penuh nilai: teater, puisi, tari, dan lagu daerah.
Namun, seni-seni tersebut kini berada di persimpangan. Ruang berekspresi kian sempit, minat generasi muda menurun, dan gelombang globalisasi menciptakan jarak antara pemuda dan budayanya sendiri.
Saat anak-anak muda lebih akrab dengan tren global ketimbang pertunjukan daerahnya, kita patut bertanya: ke mana perginya nilai-nilai luhur yang dulu dijaga melalui seni?
Seni di NTT bukan sekadar ekspresi estetika, melainkan cerminan karakter, moral, dan jati diri. Sayangnya, ia mulai kehilangan panggung—baik secara harfiah maupun kultural.
Minimnya Ruang dan Perhatian
Pertunjukan teater daerah nyaris tak terdengar. Festival puisi lokal jarang diadakan.
Lomba tari tradisional mulai kalah gaung dari dance challenge media sosial.
Di sekolah, pelajaran seni budaya hanya menjadi formalitas, tanpa pendalaman pada kekayaan lokal.
Kondisi ini diperparah oleh kurangnya dukungan dari lembaga pendidikan, pemerintah, dan media.
Banyak komunitas seni tradisional bertahan hanya karena semangat pelaku lama yang enggan menyerah, bukan karena sistem yang mendukung.
Padahal, seni perlu panggung—baik fisik maupun sosial—agar terus hidup dan tumbuh.
Generasi Muda yang Tenggelam
Anak-anak muda di NTT memiliki bakat luar biasa. Mereka bisa bernyanyi, menari, dan berpuisi dengan kekuatan ekspresi yang luar biasa.
Namun tanpa ruang untuk belajar dan tampil, potensi itu tenggelam. Bukan karena tak mampu, tapi karena tak diberi tempat.
Pieter Kembo
seni teater
Opini Pos Kupang
globalisasi
Nusa Tenggara Timur
POS-KUPANG.COM
di ujung tanduk
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.