Opini

Opini: Filsafat Manusia bagi Generasi Milenial

Filsafat manusia lahir dari getar refleksi ini. Ia bukan sekadar cabang dari sistem pengetahuan, melainkan upaya penuh keheningan...

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Sirilus Aristo Mbombo 

Dalam setiap pribadi manusia, Tuhan menitipkan kemungkinan-kemungkinan yang tak terbatas. Oleh karena itu, setiap penyalahgunaan terhadap manusia adalah penghinaan terhadap Sang Pencipta.

Di tengah dunia yang sering mencemaskan, di mana manusia menjadi korban perang, teknologi, pasar, dan ideologi, filsafat manusia menjadi suara profetis yang memanggil kita kembali kepada martabat yang terlupakan. 

Ia mengingatkan bahwa setiap anak manusia lahir dengan hak untuk hidup, untuk dicintai, dan untuk berkembang dalam kebebasan sejati. Bahwa tubuh bukan sekadar objek, melainkan tempat tinggal jiwa yang suci. 

Bahwa jiwa bukan sekadar bayangan abstrak, tetapi kenyataan terdalam yang menghubungkan manusia dengan Tuhan.

Akhirnya dari lubuk hati yang paling dalam tulisan ini adalah sapaan lembut dari kebijaksanaan yang ingin mengajak kita semua untuk lebih mengerti, lebih mengasihi, dan lebih menghormati manusia. 

Di dalam tiap wajah manusia, ada pantulan cahaya ilahi. Di dalam tiap derita manusia, ada panggilan untuk berbelarasa. 

Di dalam tiap pencarian manusia, ada gema abadi akan kebenaran yang tak pernah bisa ditundukkan oleh relativisme zaman. 

Maka jadilah manusia seutuhnya: yang berpikir dalam keheningan, yang mencinta dalam kedalaman, dan yang hidup dalam kejujuran kepada kebenaran tertinggi. Karena dari situlah hidup memperoleh makna, dan dunia menemukan harapannya. (*)

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved