Human Interest Story

FEATURE: Malam Literasi di Simpang Lima Kopi, Buku, dan Semangat Berbagi di Lembata  

Suasana Taman Patung Anton Enga Tifaona di Simpang Lima Wangatoa, Lembata, berubah menjadi ruang literasi yang hangat pada Sabtu (26/4/2025) malam.

|
POS-KUPANG.COM/Ricko Wawo
LEMBATA - Suasana Taman Patung Anton Enga Tifaona di Simpang Lima Wangatoa, Lembata, berubah menjadi ruang literasi yang hangat pada Sabtu (26/4/2025) malam 

Kata Ocha, “Mulailah dengan satu paragraf. Tapi bacalah seperti penyelam, bukan seperti orang yang tenggelam.”

Membaca di Ruang Publik

Suasana membaca di ruang publik tentu punya kesan tersendiri bagi Ocha. Menurutnya, membaca di kos adalah cara berinteraksi dengan diri sendiri. Sedangkan membaca di ruang publik adalah cara membangun mimpi bersama. 

“Ada kebersamaan, gemohing (gotong-royong-red), bertukar ide, hingga berbagi perspektif,” kata Ocha. 

Hingga pukul 23.00 WITA, lapak tetap ramai meski hawa dingin menusuk hingga ke tulang. Ratusan buku yang dibawa dari koleksi pribadi dan sumbangan komunitas, mulai tercecer. 

Malam itu, Taman Anton Enga Tifaona tidak hanya meninggalkan kenangan tentang kopi dan obrolan, tapi juga bukti bahwa literasi bisa tumbuh di ruang publik, asal ada kemauan untuk berbagi

Baca juga: FEATURE: Merayakan Maumere dalam Festival Maumerelogia 5

Acun Ratulela mengaku terkejut dengan respons pengunjung, "Ternyata minat baca masih ada. Literasi tidak mati di Lembata. Hanya saja butuh ruang yang aman dan nyaman serta akses yang mudah."  

Inisiatif ini rencananya akan diadakan rutin tiga hari dalam seminggu yaitu Jumad, Sabtu dan Minggu. Jika luang, mereka akan menambah hari.  

Namun, niat baik tak selalu berjalan mulus. Kata Ibnu Rifai, ada tantangan yang dihadapi oleh FPJ.

Saat ini, buku bacaan untuk anak-anak terbilang kurang. Sedangkan pengunjung anak-anak cukup banyak. 

“Banyak juga yang berpikir kami menjual buku atau membaca di sini berbayar. Baca tetap gratis. Hanya kopi yang berbayar,” jelas Rifai. 

Baca juga: LIPSUS: Anggaran Rp 30 M, Renovasi Sekolah Amburadul  Temuan Tim Bengkel APPeK NTT

Penerangan di Taman Anton Enga Tifaona juga tidak ada. FJP mengusahakan satu buah lampu yang arus listriknya diambil dari rumah samping taman tersebut. 

Hal lainnya, kata Rifai, taman itu masih sering dilalui oleh kendaraan roda dua dan empat. Tentu hal ini sangat mengganggu aktivitas anak-anak di ruang publik ini.

“Yang paling urgen saat ini adalah bagaimana kami perlu membangun mekanisme keamanan bagi perempuan dan anak di lapak baca ini. Terutama bagi anak-anak. Kami sedang mengupayakannya,” tutup Rifai. 

Lapak baca yang diinisiasi oleh FPG ini sudah berjalan sejak tahun 2024. Namun musim hujan sempat menghentikan aktivitas ini. (richo wawo)

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved