Breaking News

Opini

Opini: Melki-Johni dan Harapan Baru Untuk NTT

Visi  NTT Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera, dan Berkelanjutan,  harus mampu meningkatan kualitas hidup masyarakat.

Editor: Dion DB Putra
KOLASE POS-KUPANG.COM
DUET MELKI JOHNI - Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Melki Laka Lena - Johni Asadoma. Sumber foto: Melki Laka Lena dan Johni Asadoma. 

Nelson Mandela pernah mengingatkan, pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa anda gunakan untuk mengubah dunia. Artinya, tanpa pendidikan, anak-anak kehilangan akses pengetahuan dan keterampilan. 

Mereka akan terperangkap dalam pekerjaan bergaji rendah, atau bahkan tak bekerja sama sekali. 

Kehilangan kesempatan ini membuka celah bagi penyebaran ketidaksetaraan sosial, bahkan memperburuk masalah kemiskinan antar generasi.

Tetapi pendidikan bukan satu-satunya masalah. Keterbatasan infrastruktur juga menjadi penghalang besar. 

NTT, dengan kondisi geografisnya yang berbukit dan pulau-pulau terpisah, membangun infrastruktur dasar seperti jalan dan jembatan menjadi tantangan besar.

Buruknya infrastruktur ini menjadi hambatan serius bagi perkembangan ekonomi daerah. 

Melki-Johni harus segera tangani persoalan ini. Kalau tidak, bisa menghambat mobilitas dan distribusi barang dan jasa, serta kesulitan mengakses layanan pendidikan, kesehatan, serta pasar yang lebih luas.

Teori Capability Approach dari Amartya Sen sangat relevan untuk menjelaskan situasi ini. 

Menurut Sen, kemiskinan bukan hanya soal pendapatan, tetapi juga dari kemampuan individu untuk meraih apa yang mereka anggap penting dalam hidup. 

Di NTT, pendidikan terbatas dan minimnya infrastruktur menjadi penghalang utama bagi masyarakat untuk mengakses berbagai peluang ekonomi.

Pandangan Thomas Piketty tentang ketidaksetaraan ekonomi ini, juga memberikan wawasan penting. 

Dalam bukunya Capital in the Twenty-First Century, Piketty menunjukkan bahwa ketidaksetaraan ekonomi yang tinggi cenderung menghambat pertumbuhan ekonomi dan memperburuk kondisi kemiskinan.

Ketika kekayaan terkonsentrasi di segelintir orang atau wilayah, bagi Piketty, masyarakat tertinggal— seperti di NTT—akan terus mengalami kesulitan dalam mengakses sumber daya dan kesempatan. 

Pada akhirnya ini akan memperburuk ketidaksetaraan dan menghambat pembangunan yang lebih merata.

Fenomena ini tercermin dalam distribusi sumber daya yang timpang. Di NTT, mayoritas penduduk bergantung pada sektor pertanian subsisten dengan produktivitas rendah. 

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved