Opini

Opini: Agere Contra dan Krisis Menjadi Diri Sendiri

Menariknya, para pengguna media sosial seolah diberi mandat untuk mengomentari atau bahkan menghakimi sesamanya. 

Editor: Dion DB Putra
Freepik
Ilustrasi. 

Oleh: Agustinus S. Sasmita
Mahasiswa Fakultas Filsafat Unwira Kupang - NTT

POS-KUPANG.COM - Istilah FOMO ( fear of missing out) atau FOPO (fear of people opinion) bukan lagi suatu yang asing di era ini. 

Semua orang berbondong-bondong menaruh perhatian pada apa yang orang nilai terhadap dirinya. Hal itu dapat dilihat dalam halaman komentar di media sosial. 

Menariknya, para pengguna media sosial seolah diberi mandat untuk mengomentari atau bahkan menghakimi sesamanya. 

Semua orang yang meng-upload potret dirinya ke media sosial, hadir sebagai objek yang siap dikunsumsi oleh para pengamatnya. 

Sebagai akibat lanjutnya, orang lain dapat mengomentari apapun yang ia kehendaki tentang apa yang dilihatnya itu. 

Media sosial menjadi satu-satunya sarana yang pernah diciptakan oleh umat manusia sebagai “wadah koreksi” secara kolektif.

Dari sekian banyaknya persoalan yang pernah dialami manusia, yang paling dramatis ialah masalah yang ditimbulkan dari media sosial. Setiap orang tampil di layar kaca. 

Pada saat yang sama kecemasan meliput para penggunanya mana kala efeknya di luar ekspektasi. 

Ironinya, semua orang menyadari akan adanya dampak negatif ketika menggunakan media sosial. 

Namun akan ada alasan yang dibuat sebagai pembenaran mengenai hal itu. Saya mencoba mengamati bahwa alasan yang paling fundamental ketika orang ditanyakan mengapa menggunakan media sosial?

Jawabannya ialah demi keperluan diri. Ada berbagai varian keperluan yang dapat dipaparkan di sana. 

Namun ketika ditelusuri lebih jauh, bahwa alasan mendasarnya ialah karana orang lain telah menggunakan alat serupa.

Di titik ini sudah dapat dinilai bahwa sesuatu yang menyebar secara mayoritas akan turut menular pada orang yang semula memilih untuk menjadi beda. 

Mudahnya pengaruh dari lingkungan hidup bagi seseorang bukan hal yang baru. Dalam sejarah perjalanan umat manusia sudah banyak mencatat persoalan saling mempengaruhi ini.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved