Opini

Opini: Surplus Informasi, Defisit Ide, dan Budaya Literasi

Setiap detik, jutaan informasi baru membanjiri ruang digital kita, mulai dari berita harian, unggahan media sosial, hingga kajian ilmiah terbaru.

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Marianus Jefrino. 

Ketika kita tidak memiliki kemampuan untuk memilah informasi yang relevan, kita cenderung tenggelam dalam lautan data yang hanya menghasilkan kebingungan, bukan kebijaksanaan.

Di Indonesia, dengan penetrasi internet yang semakin meningkat, fenomena ini menjadi semakin nyata. 

Menurut data We Are Social dan Hootsuite (2023), pengguna internet di Indonesia mencapai 212,9 juta orang, atau sekitar 77 persen dari total populasi. 

Namun, kemudahan akses ini tidak diiringi dengan kemampuan literasi yang memadai. 

Dalam survei PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2018, Indonesia berada di peringkat ke-72 dari 77 negara dalam hal kemampuan literasi membaca (OECD, 2019: 7). 

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun informasi begitu melimpah, kita masih tertinggal dalam hal kemampuan memahami dan mengaplikasikan informasi tersebut.

Bukan Sekadar Membaca

Budaya literasi sering disalahpahami sebagai sekadar kemampuan membaca dan menulis. 

Padahal, literasi yang sejati melibatkan kemampuan untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, serta mengomunikasikan ide dengan jelas. 

Literasi bukan hanya soal mengonsumsi informasi, melainkan lebih pada bagaimana kita mampu menghasilkan ide-ide baru berdasarkan informasi yang ada. 

Menurut Paulo Freire, dalam bukunya, Pedagogy of the Oppressed, literasi sejati adalah proses pembebasan, di mana seseorang tidak hanya membaca kata, tetapi juga dunia di sekitarnya (Freire, 1970: 88).

Freire menekankan pentingnya keterlibatan aktif dalam proses literasi. Setiap orang harus mampu memproses informasi secara kritis dan menggunakannya untuk menciptakan perubahan sosial. 

Di era informasi digital seperti sekarang, kemampuan ini sangat penting agar kita tidak sekadar menjadi konsumen pasif, tetapi juga produsen ide-ide baru yang relevan dan solutif.

Kesenjangan Budaya Literasi

Salah satu tantangan terbesar dalam penerapan budaya literasi di Indonesia adalah kesenjangan antara akses informasi dan kemampuan literasi kritis. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved