Opini

Opini: Realisme Pilgub NTT, Realisme Demokrasi

Sedangkan bagaimana Gubernur yang terpilih nanti menggunakan kekuasan untuk membangun kesejahtetaan rakyat, itulah baru sebuah demokrasi susbstansial.

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM
Dr. Norbertus Jegalus 

Tanpa itu pembangunan NTT akan berjalan di tempat, bahkan  mundur.

Rupa-rupa janji-janji surga dari para Cagub: akan mengadakan ini dan itu untuk petani, nalayan, buruh, padagang dst, atau, akan menggratiskan ini dan itu. Oke. Silakan, itu dimungkinkan oleh idealisme demokrasi. 

Namun, demokrasi, seperti dikatakan di atas, bukan hanya prosedur dan mekanisme legitimasi kekuasan melainkan terutama agar kekuasaan yang legitim itu dipakai untuk membangun kesejahteraan rakyat. 

Untuk itu butuh ketersediaan dana yang memadai, dan kebutuhan dana itu riil, karena tidak ada pembangunan tanpa biaya.

Akhirnya, kita juga perlu memandang realitas para Cagub sendiri. Saya yakin rakyat NTT sudah tahu parpol pengusung dan pendukung dari ketiga Cagub NTT. 

Saya sendiri membaca, dari ketiga Cagub hanya satu yang memiliki kekuatan jejaring politik dengan pusat dan politik partai, yakni Emanuel Melkiades Laka Lena, dimana Partai Golkar sebagai partai koalisi terbesar untuk mendukung dan mengamankan kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo di pusat dan Melki Laka Lena adalah petinggi Partai Golkar tidak hanya di provinsi tetapi juga di pusat. 

Disamping itu, Melki Laka Lena dalam pencalonan di NTT didukung oleh koalisi besar, 11 partai pengusung dan pendukung yang segaris atau sekoalisi dengan koalisi di tingkat pusat, dengan kekuatan: 7 kursi di DPR RI asal NTT (54 persen) dan 36 kursi di DPRD NTT (55 persen) dari koalisi besar ini. 

Dalam konteks realisme politik demokrasi Indonesia saat ini, itu punya arti penting manakala Melki Laka Lena terpilih jadi Gubernur. 

Itulah realisme demokrasi, realisme politik di era reformasi ini, khususnya realisme Pilgub NTT. 

Dan, realisme itu bukanlah sekadar deskripsi realitas, jadi bukan sebuah pernyataan deskriptif sekadar menggambarkan realitas faktual Pilgub di NTT, melainkan juga  pernyataan preskriptif, yaitu pernyataan yang mendorong atau mengundang rakyat NTT saat ini untuk bersikap dan berpikir sederhana, realistis dalam Pilgub ini. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved