Opini

Opini: Sejarah Lenyap dalam Ruang Pameran

Foto-foto yang tersimpan di album keluarga kita adalah bagian dari sejarah keluarga karena kita mengenal peristiwa dan orang-orang dalam foto tersebut

|
Editor: Dion DB Putra
FOTO KIRIMAN MARIO F LAWI
Salah satu ruangan pameran Merekam Kota 2024. Pameran diselenggarakan di De Museum Cafe JKK, Kelurahan LLBK, Kecamatan Kota Lama, Kupang pada 12-26 Oktober 2024, dengan kurator Frengki Lollo. 

Pendapat-pendapat di atas menyempilkan satu hal yang tak terelakkan. Sejarah tidak alamiah. 

Sejarah justru dikonstruksi. James C. Curtis menegaskan, melalui “Documentary Photographs as Texts”, bahwa foto-foto bisu, sebagaimana gambar menyediakan fakta, tetapi kata menyediakan makna. Demikianlah, kata-kata menunjang foto-foto dengan makna.

Sejarah lisan dan fotografi adalah juga dua hal yang menandai pameran Merekam Kota yang secara rutin diselenggarakan oleh SkolMus. Tahun ini, pameran masih mengangkat tema Ruang Berkumpul, dengan subtema Lokus Raja. 

Pameran diselenggarakan di De Museum Cafe JKK, Kelurahan LLBK, Kecamatan Kota Lama, Kupang  pada 12-26 Oktober 2024, dengan kurator Frengki Lollo. 

Dari segi penataan artistik, pameran kali ini menunjukkan peningkatan. Tulisan-tulisan tim pengumpul data ditempelkan ke dinding dengan ketikan yang bisa dibaca. 

Tidak lagi ada yang langsung dituliskan pada tembok seperti pameran sebelumnya, sesuatu yang justru kontradiktif dan kontraproduktif: semangat memperkenalkan sejarah kepada masyarakat umum dilakukan dengan praktik vandalisme di gedung bersejarah.

Memasuki ruang tengah pameran, pengunjung disambut teks puisi. Di balik teks puisi tersembunyi catatan kuratorial. Foto-foto ditata di ruangan tersebut, lengkap dengan sejumlah narasi yang dikumpulkan tim pameran. 

Di ruang kanan, rumah-rumahan kertas digantung, dilubangi bagian dasarnya, dan di sisi-sisi dalam rumah foto-foto ditempelkan. 

Pengunjung dapat melongokkan kepala untuk melihat foto-foto yang tertempel di masing-masing sisi dalam miniatur rumah tersebut. 

Di ruang kiri, selain catatan hasil wawancara tim pameran, ada dua rak yang diberi lampu, tempat pengunjung dianjurkan untuk menitipkan arsip lengkap dengan cerita latarnya. 

Berbagai karya respons para seniman pun dipajang di lorong menuju ruang belakang, tempat sebuah karya instalasi dipajang berhadapan dengan foto-foto dan tulisan berjudul Hiburan dan Kelas.

Jika tulisan ini diawali dengan paragraf-paragraf yang menekankan pentingnya hubungan antara keterangan foto, sejarah lisan, dan fotografi, hal-hal itulah yang tidak tampak dalam pameran Merekam Kota tahun ini. 

Foto-foto yang dipamerkan tidak didukung oleh keterangan naratif yang memadai.

Sebaliknya, teks-teks yang ditempelkan di tembok-tembok ruangan, yang memerlukan penyuntingan ketat sebagai bagian dari pameran, tidak didukung oleh keterangan gambar yang presisi.

Mempersoalkan Masalah Kuratorial

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved