Opini

Opini: FABC dan Indigenisasi Kepemimpinan Miomafo Madhi Wasi untuk Uskup Hironimus Pakaenoni

Beliau adalah orang Dawan dari wilayah budaya Miomafo, TTU, Formator Seminari Tinggi Interdiosesan St. Mikhael, Penfui, dan Dosen Dogmatik.

Editor: Dion DB Putra
YOUTUBE/KEUSKUPAN AGUNG KUPANG
Mgr. Hironimus Pakaenoni saat diumumkan sebagai Uskup Keuskupan Agung Kupang yang baru di gereja Santa Maria Assumpta Kupang, Sabtu (9/3/2024) malam. 

Menarik, kata ”mafo” dalam bahasa Dawan sama dengan kata ”mawo” dalam bahasa Sumba dan Bajawa. Dalam tuturan Pata Dela, pemimpin itu harus mawo lai liko oge (Vianey, 2010).

Dalam konteks ini, Meo dalam tradisi lokal dibaratkan seperti pohon kokoh yang melindungi komunitasnya dari terik matahari dan sekaligus memberikan kenyamanan hidup bagi dunia sekitarnya.

Kepemimpinannya yang memberi inspirasi, motivasi, dan keteladanan, membuat pengikutnya untuk ada dan menjadi mahuma – mamata (Dawan: ’memiliki wajah dan mata’) manusia katolik sejati, yang dalam terang visi pastoral FABC di atas, mereka bertumbuh mejadi umat yang interkultural, yang sungguh menghayati missio Dei yang intergentes, hic et nunc.

Berjalan bersama semua ciptaan-Nya sebagai saudara dan sahabat dalam iman, harapan dan kasih Injili, untuk senantiasa Laudato Si – Laudato Deum, dalam 15 indikator dan pada 4 level pengahayatannya (1 Kor: 1-13).

Level kasih kekeluargaan (stroge), kasih kimiawi (eros), kasih persahabatan (philia), dan memuncak pada level agape (pengorbanan).

Kasih yang ditunjukkan Yesus kepada dunia, kasih yang diserahkan Yesus kepada Bunda Maria dan Rasul Yohanes di kaki Salib, dan kasih yang dipertanyakan Yesus yang bangkit kepada Rasul Petrus dan kasih yang dijawab lantang oleh Rasul Petrus, Uskup Roma, Paus pertama (Mat 16) dalam tradisi Gereja Katolik yang satu, kudus, dan apostolik, kepada Sang Guru dan Tuhan (Yoh13:13), dan sahabatnya (Yoh 15:13-15), dalam perjalanan bersama di seluruh Galilela dan Yudea, khususnya dalam penampakan ke-7 sebelum Ia naik ke Surga, di tepi danau kehidupan itu (Yoh 19).

Simpulannya adalah sebagai berikut. Miomafo itu adalah ”Meo Peneduh”. Dan untuk semakin mengakarkan dan mebuahkan makna keperwiraan dan kepemimpinan para Meo yang sigap melindungi dan meneduhkan komunitasnya, kiranya diskursus ini diperkaya dengan merefleksikan terus menerus kisah perwira dalam Injil Mateus 8 dan kisah Pohon Anggur Yoh 15.

Bapa Uskup baru, RD Hironimus Pakaenoni, Pr, L.Th dan para pastor projo dan biarawan, dan juga para katekis di Keuskupan Agung Kupang kiranya mengindigenisasikan kearifan lokal Flobamoratas, seraya mengkotekstualisasikan nilai-nilai Injil selaras zaman.

Semoga dengan doa Bunda Maria dan St. Hironimus, Bapa Uskup boleh menggembalakan umat dengan Pedang Roh yaitu Firman Allah (Ibr 4: 12-13; Ef 6:17), dalam spirit Meo Mafo yang ambil bagian dalam kuasa Totum Christi dan Cosmic Christ (Why 1:8) di era kontemporer. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved