Opini
Opini: FABC dan Indigenisasi Kepemimpinan Miomafo Madhi Wasi untuk Uskup Hironimus Pakaenoni
Beliau adalah orang Dawan dari wilayah budaya Miomafo, TTU, Formator Seminari Tinggi Interdiosesan St. Mikhael, Penfui, dan Dosen Dogmatik.
Oleh Dr. Watu Yohanes Vianey, M.Hum
Dosen Universitas Katolik Widya Mandira Kupang
POS-KUPANG.COM - FABC atau Federation of Asian Bishops` Conference adalah Konferensi Wali Gereja di tingkat Asia, yang resmi berdiri pada November 1972.
Salah satu misi dari FABC, sejak tahun 70-an itu adalah memajukan dialog dengan budaya-budaya lokal di Asia yang eviden multikultur, dan tujuannya adalah untuk membangun persekutuan antar bangsa-bangsa Asia, yang masih diancam oleh ketimpangan-ketimpangan dalam berbagai gatra kehidupan, seperti gatra budaya, politik, dan ekonomi (Vianey, 2023 a).
Ketiga gatra ini sudah menjadi keprihatinan Bunda Maria dalam Magnificatnya (Luk 1:51-53).
Solusi yang ditawarkan FABC adalah mengajak segenap lapisan umat beragama, berjalan bersama seraya berjuang untuk membangun jembatan-jembatan solidaritas, moderasi, dan perdamaian di Asia, demi berkembangnya relasi persaudaraan (Dawan: relasi feto-mone/olif-tataf/).
Hal mana mengalir dari salah satu visi FABC yaitu berjuang membangun Gereja Katolik yang mengejahwantah dalam budaya masyarakat Asia, termasuk kita di Asia Tenggara.
Setiap masyarakat Asia mempunyai kulturnya yang khas, menandai dan membedakannya dengan Gereja-Gereja setempat yang lain, dalam bingkai katolisitasnya.
Baca juga: Biodata Uskup Hironimus Pakaenoni
Maka sesuai dengan keanekaan kultural itu, akan ada unsur kenanekaragaman perwujudan iman dan perayaannya, pada Gereja-Gereja setempat, kendati mereka bertumpu pada Batu Penjuru dan Air Kehidupan Sakral (Fatu Le'u, Oe Le'u) yaitu Yesus Kristus.
Ini mengandaikan adanya proses inkulturasi dalam dinamika misteri Paskah, dan proses indigeniasi dalam dinamika misteri Natal.
Madhi Wasi Kepemimpinan Miomafo
Indigenisasi adalah nilai kearifan lokal yang diintegrasikan ke dalam Gereja Katolik yang universal (Vianey, 2023 b). Uskup Agung Kupang yang baru terpilih adalah RD. Hironimus Pakaenoni, LTh.
Beliau adalah orang Dawan dari wilayah budaya Miomafo, TTU, Formator Seminari Tinggi Interdiosesan St. Mikhael, Penfui, dan Dosen Dogmatik.
Ia mengampu Mariologi (sejak 2004) dan Ekklesiologi (sejak 2005), dan pernah menjadi pimpinan tertinggi di Fakultas Filsafat Unwira, yaitu sebagai Dekan selama 8 tahun.
Menyambung epilog saya pada buku terbaru beliau, tentang KUB (Pakaenoni, 2023), yang merupakan modifikasi thesis Licentiat Teologi Dogmatik-nya di Universitas Urbaniana Roma dalam judul: ”Building The Basic Christian Communities in Indonesia Today In The Light Of The Ecclesiology Of Vatikan II.”

Saya madhi wasi agar dilakukan aplikasi fruktualitasnya. Aplikasi kontekstualitasnya bisa menggunakan strategi indigenisasi nilai-nilai budaya lokal Flobamoratas di Keuskupan Agung Kupang.
Watu Yohanes Vianey
Hironimus Pakaenoni
Uskup Agung Kupang
Unwira Kupang
Opini Pos Kupang
Opini
Dawan
Opini: Menalar Demonstrasi |
![]() |
---|
Opini: Green Chemistry, Solusi Praktis Melawan Krisis Lingkungan di NTT |
![]() |
---|
Opini - Drama Penonaktifan Anggota DPR: Siapa yang Sebenarnya Berkuasa, Rakyat atau Partai? |
![]() |
---|
Opini: Anomali Tunjangan Pajak DPR RI, Sebuah Refleksi Keadilan Fiskal |
![]() |
---|
Opini: Paracetamol Publik Menyembuhkan Demam Bukan Penyakit |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.