Opini
Opini: Elektoralisme, Jalan Menuju Alienasi Mental Pascapemilu
Euforia demokrasi telah memetakan realitas paradoks yang menguakan titik lemah dan kemunduran demokrasi.
Atribut kampanye dinilai jauh lebih penting daripada diskursus
demokrasi dan modal sosial.
Modal sosial (capital sosial) yang dimaksudkan adalah gambaran dari organisasi sosial yang di dalamnya memuat norma-norma dan jaringan sosial yang memungkinkan adanya kerja sama yang baik.
Padanya masyarakat dapat bertukar pikiran, saling berbagai pengalaman, kepercayaan dan membangun dialog, saling menolong, serta menciptakan rasa percaya akan satu dan lainnya.
Pengeliminasian modal sosial sebagai spiritualitas yang merangsang daya kritis dan cita rasa kepedulian membenamkan partisipasi politik otonom, yaitu partisipasi politik yang tergelitik oleh realitas sosial.
Kecanduan Elektoral
Masa-masa sebelum tanggal pertarungan elektoral menjadi masa pencitraan untuk meraup suara rakyat.
Para caleg menggelontorkan dana yang besar demi sebuah posisi yang memiliki risiko kekalahan yang cukup besar.
Pertarungan elektoral kian dramatis pada panggung demokrasi, ketika berbagai bentuk atribut kampanye didandani sedemikian rupa. Pentas politik elektoral mengubah seseorang menjadi miliader.
Pada akhirnya atribut-atribut kampanye hanyalah sinopsis dalam cerita fiktif pertarungan elektoral.
Ini merupakan bukti adekuat dari sistem kerja elektoralisme. Elektoralisme menyebabkan kelainan saraf atau neurotik.
Menurut Sigmund Freud, simpton neurotik juga meliputi stres dan depresi.
Ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan kekalahan dan tekanan kekuasaan yang ingin dicapai melahirkan aksi-aksi destruktif yang ditunjukkan oleh para caleg yang gagal.
Hemat penulis, sindrom tekanan elektoralisme adalah alienasi mental. Keinginan untuk menggapai menara kekuasaan serta lumbung kekayaan dibatasi oleh suara yang tidak mencapai standar menyebabkan depresi.
Dalam konteks ini, depresi elektoral merupakan sebuah kecanduan terhadap kursi elektoral.
Gagasan kecanduan pada mulanya digunakan untuk ketagihan alkohol dan obat bius. Pada saat ini ekspansi kecanduan menjajah berbagai wilayah aktivitas, termasuk wilayah politik. Dalam konteks politik, kecanduan dapat diartikan sebagai pengulangan yang didorong oleh kegelisahan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.