Opini
Ritual Adat Bisa Lerai Lewotobi?
Semua mata menengadah ke langit (kerap dengan tatapan kosong). Malah kerap, meski doa semakin ditingkatkan intensitas, bencana makin menjadi-jadi.
Lalu apa fungsi ritual atau doa? Bila uraian pemikiran ini kita terima maka doa merupakan momen reflektif bagi manusia untuk mengakui betapa mahabijaksananya Tuhan yang memberikan otonomi pada ciptaan.
Dengan doa juga manusia bisa memberi ruang pada rasa sesal karena terlampau serakah menguasai alam dan sesama demi kepentingan sesaat yang juga sesat. Di situ doa bisa mengantar manusia kepada pertobatan.
Pada tahapan ini, seremoni masyarakat dari Nurabelen – Flotim diterima sebagai ungkapan permohonan maaf. Tetapi yang perlu dikoreksi, maaf melalui ritual tidak dibuat untuk menghentikan letusan.
Akumulasi tekanan dan gas tetap akan keluar meski ritual adat dan doa disampaikan. Yang ada, doa dan ritual bermanfaat bagi manusia untuk bisa menjadi lebih tenang dalam menyikapi bencana dan menyesuaikan irama hidupnya agar tidak menjadi begitu terpukul akibat amukan alam.
Refleksi positif inilah yang barangkali dibahasakan dengan jelas oleh Ebiet G. Ade, mengajak kita untuk segeralah bersujud dan bersyukur karena mumpung kita masih diberi waktu untuk tidak saja ingat akan kemahabijaksanaan Tuhan yang mencipta dan memberi otonomi tetapi juga untuk lebih ingat pada sesama yang ternyata di depan Lewotobi semuanya sama tidak ada yang lebih dan kurang. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.