KLB Rabies

Pemda di Nusa Tenggara Timur Bisa Gunakan Anggaran Belanja Tak Terduga untuk Rabies

Aanggaran Belanja Tidak Terduga pun bisa digunakan untuk penanganan rabies di daerah tersebut.

|
Editor: Dion DB Putra
DOK
Sekretaris Komite Rabies Flores dan Lembata, dr Asep Purnama. 

Darius juga menyinggung opsi pemusnahan massal anjing guna mencegah penularan yang lebih luas.

Diwartakan sebelumnya, dokter hewan senior, drh. Maria Geong, Ph.D menilai penanganan rabies di NTT sangat lamban meskipun kasus terus meningkat sejak bulan Mei 2023.

“Boleh dibilang ini sangat lamban penanganannya. Kita terus mengejar kasus ini. Tidak ada upaya promotif dan preventif. Kalau kita ada upaya promotif maka ada kesadaran masyarakat,” ujar Maria Geong kepada Pos Kupang, Selasa (12/12/2023).

Menurut Maria, tidak ada upaya preventif dalam vaksinasi padahal ada bantuan vaksin dari luar negeri untuk anjing. Prinsip dalam vaksinasi itu masal dan serentak untuk mengepung wilayah infeksi itu.

“Tapi kalau hal itu berjalan lambat maka usaha itu akan sia-sia. Harusnya vaksin itu menyeluruh dan masal serta serentak. Dari awal sudah saya bilang, kita tidak mengontrol populasi anjing yang waktu itu masih sangat padat,” ujarnya.

“Pergerakan anjing rabies itu lebih dari dua kilometer. Kalau pemerintah mau lakukan vaksinasi seluruh Pulau Timor. Kalau ini dibiarkan maka terus ada kematian ke manusia. Kita ini seperti lari mengejar penyakit ini, bukan menolak,” lanjutnya.

Menurut Maria Geong, strategi kebijakan vaksinasi saat ini masih sangat lemah. Kalaupun vaksin ada tetapi dana justru tidak ada. “Kalau kita vaksin ke manusia justru tidak akan berguna kalau tidak dilakukan vaksin
anjing. Vaksin manusia itu sangat mahal,” ujarnya.

Sementara itu, anak berusia 5 tahun berinisial M meninggal dunia pada Senin, 11 Desember 2023 di RSUPP Betun, Kabupaten Malaka.

Bocah ini digigit anjing atau hewan penular rabies di Desa Wesey, Kecamatan Weliman, Kabupaten Malaka pada 22 Oktober 2023.

Plt. Direktur RSUPP Betun, dr. Falentinus Raimanus Seran membenarkan peristiwa tersebut. "Benar sekali, pasien berinisial M dirawat di RSUPP Betun," tandasnya.

Korban gigitan 2.434 orang

Dari Soe dilaporkan, korban gigitan HPR di kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) mencapai 2.434 orang.

Hal tersebut dikatakan Juru bicara Satgas penanganan rabies Kabupaten Timor Tengah Selatan, Octas B. Tallo, ST, MT, kepada Pos Kupang, Rabu (13/12/2023).

Pria yang akrab disapa Adi ini menjelaskan, dari total kasus tersebut terdata 2 korban bayi, 393 korban berusia balita, 834 usia sekolah, 979 korban berusia produktif dan 225 korban lainnya terkategori lansia.

"Jumlah 2.434 kasus gigitan tersebut tersebar di 32 kecamatan dan 254 desa di Kabupaten TTS," ujarnya.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved