Editorial
EDITORIAL: Hati-hati Bermain Api
SAAT ini Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami kondisi panas terik. Memang saat ini kita sedang memasuki puncak musim kering.
POS-KUPANG.COM, KUPANG - SAAT ini Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami kondisi panas terik. Memang saat ini kita sedang memasuki puncak musim kering.
Akibat musim kering ini, banyak hal yang kita alami seperti berkurangnya pasokan air bersih karena sejumlah sumur warga atau mata air kering. Padahal sumber air tersebut menjadi andalan warga selama ini.
Dampak ikutannya pasokan air ke rumah-rumah warga dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) berkurang di bulan-bulan seperti ini. PDAM biasanya membuat jadwal bergiliran pasokan air ke rumah-rumah warga.
Apabila selama ini warga mendapatkan aliran air dari PDAM setiap minggu maka di musim kering seperti ini pasokannya bisa dua minggu sekali.
Baca juga: EDITORIAL: Jangan Gantung Perkara Dana Hibah
Untuk mengatasi kondisi tersebut warga terpaksa menggunakan air yang dijual warga yang memiliki mobil tangki air bersih. Di musim kering seperti ini harga air tentunya semakin mahal.
Bila di musim hujan saja harga air di BTN Kolhua Rp 85 ribu dari mobil yang kapasitasnya 5000 liter maka kemungkinan di musim kering sekarang ini akan naik.
Selain terjadi kekeringan di sejumlah sumber-sumber air tersebut, masalah yang kerap terjadi di NTT adalah kebakaran. Sering sekali terjadi kebakaran lahan akibat ulah manusia atau memang karena alam.
Terkadang kita membakar rumput liar yang ada di musim kering seperti ini, tetapi kita tidak melakukan pengawasan. Akibatnya kebakaran bisa merambat areal yang semakin luas dan bisa membakar rumah-rumah orang yang berada di sekitar areal yang dibakar tersebut.
Kondisi ini sepertinya pemicu yang menyebabkan terbakarnya 31 unit bungalow milik Sumba Paradise Beach Resort (PBR) di Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur pada Sabtu (4/10) lalu.
Baca juga: EDITORIAL: PDAM dan Balas Jasa?
Sebab, sumber api diduga berasal dari pohon tuak yang berada di luar areal tersebut. Api atau bunga api bisa saja diterbangkan angin sehingga terjadi kebakaran hebat di vila-vila yang dibangun menggunakan alang-alang tersebut.
Kondisi ini tentu membawa kerugian yang sangat besar bagi pemiliki vila-vila tersebut. Apalagi pembangunan vila-vila tersebut terkait pariwisata dan pemiliknya dikabarkan adalah warga Negara asing. Vila-vila tersebut sudah kerap digunakan wisatawan asing dari luar negeri.
Banyak lagi kejadian serupa akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab ketika membakar sampah atau lahan di musim kering seperti ini.
Baca juga: EDITORIAL: Jangan Masuk Angin
Kita berharap kepada siapa saja di NTT ini untuk selalu waspada ketika membakar sampah atau lahan di musim kering sekarang ini. Sebab, musim kering ini juga disertai dengan tiupan angin kencang.
Pada satu sisi kita berharap agar api cepat merambat di lahan yang kita bakar tetapi di sisi lain api bisa merambat ke mana-mana bila tidak diawasi secara baik. Ketika membakar sampah atau lahan sebaiknya terus diawasi sehingga tidak merambat ke rumah-rumah warga. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.