NTT Terkini

Kolaborasi BMKG dan Wahana Visi Indonesia, Hadirkan Sekolah Lapang Iklim Desa Bena

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat kemampuan desa dalam melakukan Aksi Antisipasi (Anticipatory Action) terhadap ancaman kekeringan

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Peserta sedang melakukan simulasi aksi antisipasi saat menerima rilis peringatan dini (19/11). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi NTT bersama Wahana Visi Indonesia (WVI) dan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) melaksanakan kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik untuk Penguatan Tim Siaga Bencana Desa (TSBD) selama dua hari, pada 19–20 November 2025 di Desa Bena, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten TTS. 

Ringkasan Berita:
  • BMKG berkolaborasi dengan WVI menghadirkan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik di Desa Bena, TTS
  • Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat kemampuan desa dalam melakukan Aksi Antisipasi
  • Masyarakat dilatih untuk bergerak lebih cepat dari bencana, dengan memanfaatkan informasi iklim dan peringatan dini dari BMKG 

POS-KUPANG.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi NTT bersama Wahana Visi Indonesia (WVI) dan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) menggelar Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik untuk Penguatan Tim Siaga Bencana Desa (TSBD) selama dua hari, pada 19–20 November 2025 di Desa Bena, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten TTS.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat kemampuan desa dalam melakukan Aksi Antisipasi (Anticipatory Action) terhadap ancaman kekeringan, hujan ekstrem, dan potensi dampak siklon tropis yang sering memengaruhi wilayah TTS.

Melalui kegiatan ini, masyarakat dilatih untuk bergerak lebih cepat dari bencana, dengan memanfaatkan informasi iklim dan peringatan dini dari BMKG sebagai dasar pengambilan keputusan di tingkat desa.

Plt Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan (TPHP) Kabupaten TTS, Jacob Benu ST. MT dalam sambutanya sekaligus membuka kegiatan menegaskan kegiatan ini sangat mendukung ketahanan pangan di desa bena yang merupakan kawasan lumbung pangan untuk suplai pangan di Kabupaten TTS

Ia berharap dari 30 peserta SLI yang mengikuti kegiatan bisa meneruskan informasi iklim untuk masyarakat desa bena dan desa tetangga .

Koordinator sub bidang informasi iklim lingkungan BMKG Muhammad Agung Fauzi, S.Si menyampaikan kekuatan utama kegiatan ini adalah Kolaborasi multi pihak.

“BMKG hadir melalui Sekolah Lapang Iklim untuk mendukung layanan informasi iklim kususnya pertanian sehingga tidak hanya menjadi wadah edukatif tetapi juga untuk mengajarkan strategi tanggu untuk menghadapi gangguan iklim .”

Portunatas Tamba, Manajer Program Zonal NTT Tamba WVI menyampaikan, pendekatan inklusif adalah kunci membangun ketangguhan desa.

“Sebagai organisasi yang memprioritaskan keselamatan kelompok rentan, terkhususnya anak-anak, Wahana Visi Indonesia percaya pendekatan inklusif adalah kunci membangun ketangguhan desa. Semua kelompok masyarakat harus terlibat seperti petani, perempuan, lansia, hingga penyandang disabilitas. Ketika setiap suara mendapat tempat dan setiap peran berkesempatan berkontribusi, maka semua orang juga akan menjadi lebih siap dalam menghadapi bencana," ujarnya.

Baca juga: Kolaborasi WVI dan Pemkab Kupang Deklarasikan Kabupaten Kupang Jadi Kabupaten Layak Anak

Memperkuat Kapasitas TSBD dan Masyarakat secara Inklusif

Tim Siaga Bencana Desa (TSBD) Bena menjadi fokus utama kegiatan karena merupakan garda terdepan dalam menyebarkan informasi dan memobilisasi warga saat potensi bencana meningkat.

Seluruh rangkaian pelatihan melibatkan seluruh unsur masyarakat, termasuk perangkat desa, kelompok tani (khususnya petani padi), perempuan, lansia, penyandang disabilitas, kelompok rentan lainnya. Pendekatan inklusif ini memastikan bahwa tidak ada kelompok yang tertinggal dalam kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem.

Penguatan TSBD dimulai dengan peningkatan pemahaman anggota tim terhadap konsep dasar cuaca dan iklim, termasuk pola hujan wilayah NTT, potensi Hari Tanpa Hujan (HTP), tanda-tanda hujan ekstrem, serta karakteristik ancaman siklon tropis.

Materi ini penting untuk memperkuat kemampuan analisis dini TSBD ketika menerima informasi dari BMKG. TSBD juga dibekali keterampilan membaca peta prakiraan hujan dan peta peluang siklon, sehingga dapat menilai potensi risiko secara cepat dan akurat.

Selain penguatan pemahaman, kegiatan ini menekankan pembentukan mekanisme aksi antisipasi. TSBD dilatih menyusun alur koordinasi yang jelas—siapa yang bertanggung jawab menyebarkan informasi, siapa yang memastikan kesiapan saluran irigasi, siapa yang menggerakkan warga, dan siapa yang menghubungi pihak eksternal seperti BPBD, pemdes, atau kelompok tani.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved