Malaka Terkini

Program Balik Tanah Gratis di Malaka Diduga Dipungut Biaya, Warga Keluhkan Ulah Oknum Operator

Keluhan itu disampaikan Dominikus Bria, petani asal Desa Takarai, Kecamatan Botin Leobele, yang memiliki lahan lebih dari satu hektare.

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/KRISTOFORUS BOTA
Warga Desa Takarai keluhkan ulah oknum operator traktor balik tanah gratis yang pungut biaya dan tidak selesai tuntaskan pengolahan lahannya, Kamis (20/11/2025). 

Ringkasan Berita:

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Kristoforus Bota

POS-KUPANG.COM, BETUN - Program Balik Tanah Gratis yang dicanangkan Pemerintah Kabupaten Malaka menuai sorotan. 

Meski digembar-gemborkan gratis untuk seluruh masyarakat, sejumlah warga mengaku masih dibebani pungutan biaya oleh oknum operator traktor di lapangan.

Keluhan itu disampaikan Dominikus Bria, petani asal Desa Takarai, Kecamatan Botin Leobele, yang memiliki lahan lebih dari satu hektare.

Kepada POS-KUPANG.COM saat ditemui di kediamannya, Dominikus mengungkapkan dirinya diminta membayar Rp 400.000 oleh operator traktor berinisial Feri dan Teo.

“Mereka minta Rp 400.000, tapi lahan yang dibalik tidak habis. Yang mereka kerjakan hanya 95 are saja, padahal lahan saya sekitar 1,5 hektare,” ujar Dominikus.

Ia menuturkan, selain meminta uang, operator tersebut sebenarnya sudah disiapkan konsumsi dan kebutuhan lain saat bekerja. 

“Kami sudah siapkan makan minum, beli rokok, kasih sopi kepala. Tapi mereka minta lagi uang. Dan pulang begitu saja tanpa habiskan pekerjaan. Masih sekitar 50 are belum diolah,” keluhnya.

Dominikus menambahkan, para operator sempat berjanji akan kembali mengolah sisa lahan tersebut hingga tuntas pada 3 November 2025 lalu. Namun hingga kini, mereka tak kunjung datang lagi.

Menurutnya, masyarakat selama ini memahami program Balik Tanah Gratis menggunakan traktor milik Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan bersifat gratis. Karena itu, ia tak habis pikir mengapa masih ada pungutan yang membebani petani.

Kepala Desa Takarai, Yeremias Nana, saat dikonfirmasi POS-KUPANG.COM pada Kamis (20/11/2025), mengakui sudah menerima laporan keluhan tersebut.

“Saya sudah dengar keluhan itu dan langsung telepon salah satu operator. Itu artinya mereka punya cara sendiri tanpa sepengetahuan saya sebagai pimpinan desa,” ujarnya.

Yeremias menjelaskan, sebelumnya Wakil Bupati Henri Melki Simu (HMS) telah menegaskan agar seluruh operator wajib menuntaskan pengolahan lahan warga sebelum kembali. Namun kenyataannya, di lapangan diduga terdapat praktek berbeda.

“Pak wakil bupati sudah tegaskan supaya lahan yang belum diolah harus habis dikerjakan. Tapi entah mereka atur bagaimana, saya tidak tahu. Saya sudah hubungi salah satu operator, tapi dia bilang coba tanya operator yang satu lagi. Saya saja tidak pegang nomornya,” ungkapnya.

Kasus itu menjadi keluhan masyarakat terkait pelaksanaan program balik tanah gratis yang seharusnya meringankan beban petani, namun justru diduga dimanfaatkan oknum tertentu untuk mencari keuntungan. 

Baca juga: Ulat Hitam Rusak Tanaman Jagung Petani di Takarai Malaka

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved