Editorial
EDITORIAL: Jangan Biarkan SILPA Menumpuk
DI MUSIM kemarau seperti sekarang ini, hampir semua mata air mengalami penurunan debit.
POS-KUPANG.COM, KUPANG - DI MUSIM kemarau seperti sekarang ini, hampir semua mata air mengalami penurunan debit. Kebutuhan masyarakat yang tidak mengalami penurunan tentu akan “berteriak” ketika pasokan air bersih ke rumahnya juga mengalami penurunan.
Kondisi seperti ini terjadi sudah kerap terjadi setiap tahun di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini. Sehingga bukanlah hal baru jika di bulan-bulan seperti ini sudah terjadi pengungrangan pasokan air.
Jika sebelumnya seminggu dua kali tetapi di musim kemarau seperti sekarang ini tentunya berkurang jadi sekali seminggu bahkan dua minggu sekali.
Pengaruh lain dari musim kemarau ini adalah menurunnya debit air di sungai-sungai. Banyak sungai-sungai kering. Juga sungai-sungai yang hanya dialiri air yang sangat kecil.
Baca juga: Polisi Buru Pelaku Tabrak Lari, Renggut Nyawa Anselmus Naikteas
Hal ini selain membuktikan bahwa musim kering ini sangat berdampak tetapi juga mengirim sinyal kepada pemerintah dan masyarakat bahwa kondisi lingkungan kita sudah cukup memrihatinkan.
Dengan kata lain, kondisi hutan kita sudah banyak yang gundul sehingga tidak lagi memasok air.
Sebut saja, Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai atau Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada. Belasan tahun lalu, sungai di daerah-daerah tersebut selalu mengalirkan air. Bahkan, airnya cukup tinggi dan mengalir dengan deras.
Kondisi saat ini sangat berbeda jauh. Di dalam kota kita menyaksikan sungai yang hanya mengalirkan air yang dibuang dari rumah tangga di sekitar kota tersebut.
Baca juga: BGN Bakal Cek 12 SPPG, Siap Beroperasi Kembali Usai Ditutup
Drainase yang dibangun untuk mengalirkan limpahan air dari sungai atau air hujan sudah banyak yang dipenuhi sampah dan tidak ada air lagi. Kondisi seperti ini sangat memrihatinkan
Artinya, pemerintah dan masyarakat harus melakukan sesuatu terhadap kondisi hutan yang ada di wilayah kita di NTT ini. Jangan melihat dari kejauhan rimbunnya pohon-pohon di hutan tetapi masuklah lebih jauh ke dalam. Ternyata kondisinya sudah banyak berubah.
Jika musim kemarau seperti itu, lain lagi di musim hujan tentunya. Pada musim hujan air mengaliri sungai-sungai tersebut. Bahkan luapan air bisa menyebabkan banjir di sejumlah wilayah.
Saat seperti ini bencana banjir terjadi di sejumlah wilayah. Aktivitas warga jadi terhambat baik yang anak-anak yang hendak ke sekolah maupun orang tua yang hendak melakukan berbagai aktivitasnya dalam mengangkut hasil pertanian misalnya.
Baca juga: FEATURE: Kisah Herlina Juru Parkir Perempuan di Kota Kupang
Kondisi seperti ini dirasakan betul oleh warga Desa Ojang, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka. Saat musim kemarau seperti melintas di ruas jalan yang tidak diperbaiki atau rusak parah. Mereka melintasi dua sungai ketika ke kota atau saat anak-anak ke sekolah.
Jika musim hujan tentunya tantangannya sudah berbeda lagi. Siswa-siswi tidak ke sekolah karena sungainya banjir. Aktivitas warga juga tentu akan terhambat.
Kondisi seperti ini terjadi dibanyak tempat di NTT. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu memperhatikan hal-hal seperti ini. Jangan biarkan anggaran yang ada tidak dipakai dan menghasilkan SILPA (sisa lebih pembiayaan anggaran).
Oleh karena itu kita setuju dengan rencana dari Menteri Keuangan yang akan menarik uang-uang yang ada di daerah jika dibiarkan menumpuk karena gagal dikelola. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.