Opini
Opini: Terobosan Melki Laka Lena Membangun NTT yang Berkarakter
Karakter menggambarkan keunggulan dan keteguhan moral serta kualitas mental dan etika yang sering mencirikan seseorang, kelompok, atau bangsa.
Dalam 21 Lessons for the 21st Century, Yuval Noah Harari menyoroti bahwa dunia masa depan akan ditentukan bukan oleh siapa yang paling tahu, tetapi oleh siapa yang paling mampu beradaptasi.
Ia menulis, “Di masa lalu, pendidikan mengajarkan orang untuk menghafal; di masa depan, pendidikan harus mengajarkan orang untuk berpikir.”
Harari menekankan bahwa kemampuan untuk menghadapi ketidakpastian, berpikir kritis, dan menjaga keseimbangan emosional akan menjadi keterampilan paling penting di abad ke-21.
Bagi NTT, yang tengah membangun generasi muda di tengah tantangan sosial dan transformasi digital, pandangan ini sangat relevan.
Pemimpin muda yang dibutuhkan bukan hanya mereka yang cerdas secara akademik, tetapi juga yang beriman dan peduli. Mereka harus mampu membaca perubahan zaman, tetapi tetap berpijak pada nilai-nilai: kejujuran, keadilan, kasih, tanggung jawab, dan solidaritas.
Guru Yang Sungguh-Sungguh
Meskipun pendidikan karakter di sekolah sudah lama menjadi perbincangan. Saya termasuk sedikit orang yang berpendapat bahwa untuk membentuk generasi yang berkarakter, kita tidak perlu mata pelajaran khusus pendidikan karakter.
Setiap guru dan dosen, melalui mata pelajaran yang diajarkannya, hendaknya mampu memotivasi siswanya, membentuk siswa untuk berpikir kritis, mengarahkan siswa menyayangi teman-temannya, bekerja keras, dan menanamkan nilai-nilai karakter mulia lainnya.
Guru dan dosen harus mengajarkan pelajaran dengan pendekatan kasih sayang.
Untuk itu memang membutuhkan kreativitas yang tinggi. Kreativitas seperti ini tentu tidak perlu diatur dalam regulasi pemerintah, cukup dengan menguasai bahan ajar secara profesional.
Hanya guru yang menguasai bahan ajar secara baik, yang berpotensi untuk sukses mengajarkan pendidikan karakter kepada para siswa.
Guru yang tidak menguasai bahan ajar, tidak mungkin kreatif dalam mengajar.
Guru seperti ini cenderung tertutup, dan tidak ingin siswa banyak bertanya guna menutupi kekurangan dan kelemahannya.
Mereka tidak akan mungkin memotivasi siswa, agar siswa menjadi jujur, menjadi pekerja keras dan seterusnya.
Tindakan Komunikatif

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.