Cerpen

Cerpen: Ketika Panggilan Hati Bersua dengan Panggilan Ilahi

Pertemuan mereka sering terjadi, terutama karena mereka sama-sama terlibat dalam persiapan perayaan Paskah. 

Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG/HO
ILUSTRASI 

Lukas memejamkan mata sejenak menguatkan hati. “Saya akan kembali ke seminari. Saya akan melanjutkan panggilan Imamat saya.”

Air mata Maya tidak tumpah, tetapi seyumanya memudar menjadi tatapan penuh pengertian. 

“Saya mengerti, Frater Lukas. Saya tahu kamu selalu mennjadi milik altar. Saya selalu mendoakanmu.”

Lukas merasa perih, namun di saat yang sama ia merasa damai. Ia telah menolak kebahagiaan duniawi yang nyata, demi sebuah janji yang lebih besar. 

“Saya akan mendoakan kamu, Maya. Semoga kamu menemukan kebahagiaan dan imam yang terbaik untukmu.”

Beberapa minggu kemudian, Frater Lukas meninggalkan Desa Rimba. Ia pergi dengan koper yang lebih ringan, namun dengan hati yang lebih berat dan matang. 

Ia tahu, rasa cinta pada Maya tidak hilang, tetapi telah menjadi cinta pengorbanan, pelajaran penting yang ia dapatkan selama praktik pastoralnya. 

Ia kini menjadi calon imam yang lebih utuh, karena ia pernah mencintai dan memilih untuk mempersembahkan cintanya di kaki salib. 

Ia teringat kembali akan kata-kata Romo Eman di meja makan di pastoral mengatakan “Tuhan tidak memanggil orang yang kuat tetapi Tuhan menguatkan orang yang di panggil-Nya.” 

Dan, kini terbukti Tuhan telah menguatkan dia waktu memilih dan memutuskan pilihan hidupnya. (*)

* Penulis adalah mahasiswa yang sedang berpratik pastoral.

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News 

 

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved