Opini

Opini: Wisuda Adalah Ritus Cinta dan Tanggung Jawab

Orang tua adalah landasan yang menopang, doa yang tak terlihat, dan kekuatan yang tak pernah lekang. 

Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI SIRILUS ARISTO MBOMBO
Sirilus Aristo Mbombo 

 Oleh: Sirilus Aristo Mbombo
Alumnus Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang – Nusa Tenggara Timur

POS-KUPANG.COM - Wisuda adalah sebuah momen yang tampak sederhana, hanya sekadar upacara akademik dengan toga, ijazah, dan seremonial yang penuh simbol. 

Namun di balik kesederhanaan itu, tersembunyi makna filosofis yang begitu dalam. 

Wisuda adalah puncak dari perjalanan panjang intelektual, spiritual, dan moral seorang mahasiswa, yang telah melewati lembah perjuangan, keringat, dan air mata. 

Ia bukan sekadar tanda berakhirnya kuliah, melainkan pengakuan bahwa seseorang telah menempuh sebuah proses pembentukan diri: menjadi manusia yang lebih matang, lebih berpengetahuan dan lebih bertanggung jawab. 

Baca juga: Opini: Banjir Mauponggo, Alarm Terakhir dari Alam yang Terluka

Maka setiap mahasiswa yang menyelesaikan proses perkuliahan, tanpa kecuali, harus diwisuda. 

Karena wisuda bukan hanya hadiah personal, tetapi sebuah pengakuan sosial bahwa ilmu telah berpindah dari ruang akademik menuju ruang pengabdian bagi masyarakat.

Apakah benar wisuda begitu penting? Jawabannya adalah ya, karena dalam filsafat simbol, manusia tidak hanya hidup dengan logika rasional, tetapi juga dengan simbol-simbol yang memberi makna. 

Upacara wisuda adalah simbol transisi, seperti upacara inisiasi dalam tradisi kuno, yang menandai perpindahan seseorang dari satu tahap kehidupan ke tahap berikutnya. 

Mircea Eliade seorang filsuf, menegaskan bahwa manusia selalu membutuhkan ritus peralihan agar eksistensinya tidak sekadar berjalan datar, tetapi bermakna. 

Wisuda adalah ritus modern yang menandai kelahiran seorang intelektual: dari mahasiswa yang menuntut ilmu, menjadi sarjana yang berkewajiban menyalakan cahaya ilmu di tengah kegelapan masyarakat.

Namun wisuda bukanlah puncak yang mengakhiri segalanya, melainkan pintu yang membuka tanggung jawab baru. Dalam ucapan penuh syukur. 

“Wisuda ini bukan akhir, melainkan awal dari kesuksesanmu,” terkandung kesadaran bahwa pendidikan sejati tidak berhenti di ruang kelas. 

Albert Einstein pernah mengingatkan bahwa tujuan pendidikan bukanlah akumulasi pengetahuan, melainkan pembentukan pikiran kritis dan watak yang bertanggung jawab. 

Wisuda hanyalah permulaan: permulaan dari perjalanan panjang untuk menjadikan ilmu bukan sekadar gelar yang dipajang, melainkan cahaya yang menerangi jalan bangsa.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved