Opini

Opini: Byung-Chul Han, Hiperaktivitas Mendaruratkan Kemanusiaan

Keadaan tidak aktif mengandaikan keheningan. Ia dihasilkan oleh keheningan di mana manusia yang autentik diinkubasi. 

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Melki Deni, S. Fil 

Kehidupan, yang disamakan dengan proses kerja mesin, hanya mengenal jeda, periode waktu bebas dari pekerjaan yang berfungsi untuk memulihkan diri, sehingga seseorang dapat sekali lagi menempatkan dirinya dalam kendali proses kerja”.

Kebutuhan utama dari kemanusiaan kita adalah keheningan dan kontemplasi. Namun saat ini eksistensi manusia, secara keseluruhan, diserap oleh aktivitas, kerja, kerja, dan kerja. 

Tanpa waktu untuk observasi kontemplatif, manusia merosot ke kondisi otomat, yang hanya valid untuk fungsionalitas dan kegunaan gerakan serta kemungkinan tubuhnya. 

Kerangka kerja tanpa jiwa ini harus dijaga agar tetap sehat dan produktif. 

Bagi Byung-Chul Han dalam La Expulsión de lo distinto, tubuh yang sehat ini dapat dianalogikan dengan mesin yang diminyaki dan bersih sempurna: 

“Produksi telah menjadi totalitas saat ini, menjelma sebagai satu-satunya cara hidup. Histeria tentang kesehatan, pada akhirnya, adalah histeria tentang produksi”.

Kurangnya kapasitas kontemplatif dan kemerosotan manusia menuju “menjadi produktif” sebagai cara hidup merupakan fenomena khas rezim neoliberal saat ini, yang menimbulkan kecanduan terhadap aktivitas dan memproduksi secara terus-menerus, bahkan terus-menerus menambahkan dosis hiperaktivitas

Ini adalah penyakit sistem saraf, yang memaksa eksistensi pada logika “melakukan sesuatu” tiap waktu. 

Di Bawah rezim neoliberal, yang didasarkan pada tuntutan pasar yang tak terbatas, hiperaktivitas menyebar dengan cepat, menjadi semacam pandemi global.

Saat ini, kita semua terinfeksi hiperaktivitas: gejalanya bermanifestasi, seperti yang telah dibahas sebelumnya, sebagai hilangnya kapasitas kontemplatif dan ketidakaktifan. 

Pada saat yang sama, peningkatan stres, kekhawatiran tanpa alasan dasar dan kecemasan berlebihan secara umum sedang terjadi. Inilah gejala hilangnya ketidakaktifan.

Bagi Byung-Chul Han dalam, “kapasitas kontemplatif” mengandaikan ketidakaktifan dan keheningan. Tanpa kapasitas ini, kita mendapati diri kita tanpa roh.

Manusia modern buta terhadap nasib ketidakaktifan. Dorongan kuat mereka untuk bekerja dan berproduksi, yang dijalankan atas nama kinerja pribadi, menyebabkan mereka meninggalkan apa yang menjadikan mereka manusia sejati: meditasi tanpa aktivitas (Hewan apa lagi yang memiliki kapasitas untuk bermeditasi dan berpikir?)

Tanpa kemampuan ini, manusia menjadi mesin tanpa roh. Era saat ini, justru, bergerak ke arah yang berlawanan dengan era ketidakaktifan. 

Ekosistem kinerja menampakkan diri sebagai lingkungan yang tidak bersahabat dengan keheningan dan ketenteraman. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved