Opini
Opini: Byung-Chul Han, Hiperaktivitas Mendaruratkan Kemanusiaan
Keadaan tidak aktif mengandaikan keheningan. Ia dihasilkan oleh keheningan di mana manusia yang autentik diinkubasi.
Oleh: Melki Deni, S.Fil
Mahasiswa Teologi di Universidad Pontificia Comillas, Madrid, Spanyol.
POS-KUPANG.COM - Dalam pemikiran filsuf Korea Selatan, Byung-Chul Han, era saat ini sebagian besar ditentukan oleh “akselerasi yang disamaratakan” atas kehidupan dan pekerjaannya.
Dengan demikian, keharusan untuk tergesa-gesa dan cepat meluas dari ranah kerja hingga waktu luang.
Absolutisasi tergesa-gesa dan cepat menghasilkan cara hidup baru bagi manusia, yang terutama ditandai oleh kurangnya ketidakaktifan dan kontemplasi.
Bahkan dalam waktu istirahat, kita pun tunduk pada keharusan untuk berproduksi dan berkarya.
Di bawah sistem kendali neoliberal realisasi diri, efisiensi, dan optimalisasi pribadi, kita telah menginternalisasi keharusan untuk menjadi makin produktif untuk bergerak, suatu kemestian melakukan sesuatu. Inilah bagaimana kita kehilangan rasa santai atau jeda kerja.
Baca juga: Opini: Bahaya Narsisme dan Filsafat Byung-Chul Han
Menurut Byung-Chul Han dalam Vita Contemplativa. Elogio a la Inactividad, “karena kita hanya memandang hidup dalam konteks kerja dan kinerja, kita mengartikan ketidakaktifan sebagai kekurangan yang harus segera diatasi”.
Saat ini, kita hanya menganggap penting apa yang merujuk pada dimensi kerja dan kinerja.
Akibatnya, kita mengabaikan keutamaan ketidakaktifan sebagai keheningan dan ketenteraman yang tanpa pamrih.
Ketidakaktifan didefinisikan sebagai kontemplasi yang hening dan tenang. Ia tidak bekerja atau memproduksi material seperti di dunia produksi di perusahaan.
Keadaan tidak aktif mengandaikan keheningan. Ia dihasilkan oleh keheningan di mana manusia yang autentik diinkubasi.
Ketika kita kehilangan rasa ketidakaktifan dan kontemplasi, kehidupan aktif menjadi absolut.
Di dalamnya, kita menyerupai mesin fungsional yang tidak lagi berpikir dan kehilangan kemungkinan meditasi dan berpikir.
Absolutisasi yang menyedihkan dari cara hidup ini merampas jiwa, dan mendarutkan sistem kerja tubuh.
Byung-Chul Han dalam El Aroma del Tiempo. Un ensayo filosófico sobre el arte de demorarse, menjelaskan hal ini secara sindir halurs: “Jika manusia kehilangan seluruh kapasitas kontemplatifnya, ia tereduksi menjadi hewan laborans.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.