Opini
Opini: Mencari Hati yang Enggan Membenci di Balik Puing-puing Gereja Keluarga Kudus Gaza
Pastor paroki, Gabriel Romanelli, salah satu dari ketiga korban yang tewas, dikenal dekat dengan mendiang Paus Fransiskus.
Sementara itu, Patriarkat Latin Yerusalem menyebutnya serangan langsung.
Dunia menyebutnya tragedi. Tetapi Gaza menyebutnya: rutinitas. Pertanyaan yang menggelitik kita adalah: Kalau rumah ibadah pun diserang, masih adakah religiositasmu, wahai penyerang yang beragama?
Bagi warga Gaza, GKK bukan hanya tempat ibadah. Ia adalah tempat perlindungan bagi Muslim dan Kristen, anak-anak penyandang disabilitas, dan lansia yang tak punya tempat lain.
Itu artinya, ketika bom menghantam tempat itu, bukan hanya batu yang hancur, tetapi juga harapan, iman, dan rasa aman.
Moderasi yang Terluka
Serangan terhadap tempat ibadah (kapan pun dan di mana pun), adalah pelanggaran terhadap nilai-nilai universal. Bukan hanya hukum internasional, tapi juga etika lintas agama.
Ketika tempat suci diserang, kita tak lagi berbicara soal konflik politik.
Kita berbicara soal kehilangan nurani. Tetapi, siapakah pribadi yang kehilangan nurani itu?
Ciri-ciri pribadi yang kehilangan nurani adalah sebagai berikut. Pertama, tidak peka terhadap penderitaan orang lain.
Orang yang kehilangan nurani cenderung tidak terganggu oleh penderitaan, kesedihan, atau ketidakadilan yang dialami orang lain. Mereka bisa melihat tragedi tanpa rasa iba.
Kedua, menghalalkan segala cara. Mereka rela melakukan tindakan yang merugikan orang lain demi keuntungan pribadi, kekuasaan, atau ideologi, tanpa peduli terhadap dampak sosial yang akan ditimbulkan dari suatu tindakan tertentu.
Ketiga, retorika tanpa empati. Orang yang kehilangan nurani acap kali menggunakan bahasa yang dingin, merendahkan, atau menyalahkan korban.
Mereka bisa membenarkan kekerasan dengan dalih politik, agama, atau keamanan.
Keempat, menolak dialog dan refleksi. Mereka yang kehilangan nurani tidak sudi mendengarkan pandangan berbeda, apalagi melakukan introspeksi.
Mereka menutup diri dari kritik dan cenderung membenarkan diri sendiri secara mutlak.
Hendrikus Maku
Gereja Keluarga Kudus Gaza
konflik Gaza
Opini Pos Kupang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Israel
Palestina
Paus Fransiskus
Sri Paus Leo XIV
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.