Liputan Khusus

LIPSUS: 145.268 Anak NTT Tidak Sekolah, Cita-cita Api Ingin Jadi Polisi Pupus di Pasar

Hingga tanggal 8 Juli 2025 jumlah Anak Tidak Sekolah (ATS) di Provinsi NTT mencapai 145.268 anak yang tersebar di 22 kabupaten/kota. 

|
POS-KUPANG. COM/TARI RAHMANIAR ISMAIL
SOSOK API LINOME- Sosok bocah Api Linome (12) saat mengamati para pengunjung pasar yang selesai belanja untuk menawarkan jasa angkat barang di Pasar Inpres Naikoten, Kota Kupang.    

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTU, Beato Yosep Frent Omenu mengatakan ATS di TTU sebanyak 5.348 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 3 kategori yakni kategori BPB (belum pernah sekolah), drop out (DO) dan anak yang sudah lulus dan tidak melanjutkan sekolah.

Beato Yosep Frent Omenu menjelaskan, jumlah anak yang belum pernah bersekolah (BPB) sebanyak 2.113 orang, yang DO sebanyak 1.599 orang. Sedangkan anak yang sudah lulus dan tidak melanjutkan sekolah sebanyak 1.636 orang. 

Sementara itu, berdasarkan data, total Angka Partisipasi Murni (APM) atau anak yang sedang mengikuti pendidikan di sekolah jenjang pendidikan PAUD 97,5 persen, APM jenjang SD 98,7 persen dan APM jenjang pendidikan SMP 98.7 persen.

YAKIN -  Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Beato Yosep Frent Omenu meyakini, data jumlah Anak Tidak Sekolah (ATS) di Kabupaten TTU berpotensi menurun. Pasalnya, masih ada 1 lagi tahapan verifikasi yang menjadi penentu akhir jumlah ATS di Kabupaten TTU.
YAKIN - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Beato Yosep Frent Omenu meyakini, data jumlah Anak Tidak Sekolah (ATS) di Kabupaten TTU berpotensi menurun. Pasalnya, masih ada 1 lagi tahapan verifikasi yang menjadi penentu akhir jumlah ATS di Kabupaten TTU. (POS-KUPANG.COM/DIONISIUS REBON)

Menurut Beato Yosep Frent Omenu, ada sejumlah faktor yang menjadi penyebab anak tidak sekolah yakni tidak mau bersekolah, tidak ada biaya atau karena ketidakmampuan orang tua dan lainnya. Data-data tersebut dihimpun Tim ATS yang melakukan survei ke lapangan selama dua pekan didukung anggaran yang dialokasikan dari APBD Kabupaten TTU. 

Verifikasi ini dilaksanakan dalam dua tahap yakni; tahap pertama dilakukan sejak tanggal 28 Maret 2025 secara serentak oleh Tim ATS. Verifikasi tahap kedua akan dilaksanakan pada Agustus 2025.

Berdasarkan hasil verifikasi, penyebab paling dominan anak tidak sekolah adalah tidak ada biaya atau ketidakmampuan orang tua sebesar 44 persen, disusul faktor bekerja 18 persen dan faktor tidak mau bersekolah 15 persen. Sedangkan beberapa faktor penyebab lainnya memiliki prosentase 10 persen ke bawah.

"Dalam upaya mengatasi persoalan tersebut, pemerintah daerah TTU melakukan sejumlah intervensi seperti pengadaan seragam sekolah, tas, buku tulis dan botol air kepada 5.508 siswa SD dan 3.425 siswa SMP," kata Beato Yosep Frent Omenu.

Anggaran yang dialokasikan untuk kepentingan tersebut sebesar Rp. 3.191.550.000. Selain itu siswa yang putus sekolah diarahkan untuk melanjutkan pendidikan ke PKBM dan SKB yang ada di Kabupaten TTU. 

Mimpi Jadi Polisi Pupus 

Anak Tidak Sekolah (ATS) dapat kita temukan di sejumlah tempat seperti pasar. Di Pasar Inpres Naikoten Kupang, di antara deretan pedagang dan tumpukan barang ada seorang anak laki-laki tampak sibuk mengangkat karung dan mengantar dagangan dari satu lapak ke lapak lain.

Wajahnya serius, tubuhnya mungil, namun langkahnya cepat. Dialah Api Linome, 12 tahun, seorang anak yang sudah tak lagi duduk di bangku sekolah.

Dulu, Api Linome punya mimpi sederhana yaitu menjadi polisi. Seragam gagah, tugas menjaga keamanan adalah cita-cita masa kecil yang ia bangun sejak masih belajar membaca. Namun, hidup berkata lain. Perceraian orang tuanya menjadi titik awal dari runtuhnya impian itu.

Ayahnya kini tinggal di Kalimantan, sang ibu menetap di Kefa. Api Linome, anak ketiga dari lima bersaudara, memilih tinggal bersama tantenya di Kampung Alor, Kota Kupang. 

SOSOK API LINOME- Sosok bocah Api Linome (12) saat mengamati para pengunjung pasar yang selesai belanja untuk menawarkan jasa angkat barang di Pasar Inpres Naikoten, Kota Kupang. 
 
SOSOK API LINOME- Sosok bocah Api Linome (12) saat mengamati para pengunjung pasar yang selesai belanja untuk menawarkan jasa angkat barang di Pasar Inpres Naikoten, Kota Kupang.    (POS-KUPANG. COM/TARI RAHMANIAR ISMAIL)

"Saya tidak ikut mama. Saya kerja saja di sini, bisa beli baju sendiri, apa pun yang saya mau," ujar Api Linome, saat diwawancarai Pos Kupang, Senin (14/7). 

Tantenya bekerja sebagai penenun, penghasilan tidak menentu. Untuk bertahan, Api Linome mulai bekerja sebagai pengangkut barang di pasar sejak usianya 10 tahun.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved