Opini

Opini: Analgesik Politik, Strategi Politik Peralihan

Rasa sakit kehilangan semua referensi terhadap kekuasaan dan dominasi. Hal ini menjadi tidak lagi dipolitisasi dan menjadi masalah medis.

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Melki Deni, S. Fil 

Oleh: Melki Deni, S.Fil
Mahasiswa Teologi di Universidad Pontificia Comillas, Madrid, Spanyol

POS-KUPANG.COM - Kelaparan, peperangan, pandemi, dan perdagangan manusia adalah tema-tema aktual atas masalah kemanusiaan kita sepanjang zaman. 

Semuanya itu sengaja diciptakan karena mengandung nilai lebih di mata kapitalis. 

Penderitaan masyarakat miskin diubah menjadi kesejahteraan bagi kaum kapitalis karena mereka bisa mengakses semua yang yang mereka butuhkan, termasuk kesehatan dan menunda kematian. 

Karena itu peperangan, kelaparan, pandemi dan perdagangan manusia mesti dilihat dalam kaitannya dengan mega proyek dari bisnis senjata internasional, virus, prostitusi multinasional, dan akumulasi atas kelaparan dan penderitaan masyarakat miskin di kampung global.

Masyarakat modern menderita fobia terhadap rasa sakit dan penderitaan. Berbeda dengan tubuh yang terlatih, tubuh yang hedonistik, yang menikmati dirinya sendiri tanpa orientasi apa pun terhadap tujuan yang lebih tinggi, mengembangkan sikap penolakan terhadap rasa sakit. 

Obat-obatan anti rasa sakit diproduksi dan dipromosi sebagai suplemen yang layak dikonsumsi karena dinilai bagus untuk kesehatan meskipuan pengonsumsi tidak melakukan uji laboratorium.

Perintah percepatan dan persaingan pasar industri menganjurkan agar para pekerja dan sekaligus konsumen mengonsumsi berbagai jenis obat supaya tidak lagi merasakan cekaman sakit, penyakit dan beban pikiran. 

Dalam La sociedad paliativa El dolor de hoy, (Barcelona: Herder, 4.ª edición, 2022), filsuf Korea Selatan, Byung-Chul Han, mengkritik bagaimana kepositifan yang berlebihan dan kebutuhan yang kuat untuk selalu bahagia memaksa kita untuk menghindari tanda-tanda penderitaan dan membawa kita ke keadaan anestesi permanen. 

Mereka yang menderita fobia berusaha menghindari konflik, dan penderitaan.

Subjek kinerja saat ini secara radikal berbeda dari subjek disiplin. Dalam masyarakat kinerja neoliberal, hal-hal negatif seperti keharusan, larangan atau hukuman memberi jalan kepada hal-hal positif seperti motivasi, optimalisasi diri atau realisasi diri. Ruang disiplin digantikan oleh area kesehatan. 

Rasa sakit kehilangan semua referensi terhadap kekuasaan dan dominasi. Hal ini menjadi tidak lagi dipolitisasi dan menjadi masalah medis.

Kepositifan dalam kebahagiaan mengalahkan kenegatifan dalam kesakitan. Sebagai modal emosional yang positif, kebahagiaan harus menyediakan kapasitas kinerja yang tidak terputus. 

Penguasa menciptakan instrumen kebahagiaan neoliberal sangat efektif, karena penguasa yang berkuasa kemudian mengelola dengan sangat baik tanpa perlu berbuat terlalu banyak. 

Orang yang tunduk bahkan tidak menyadari kondisi ketundukan dan ketertindasannya. Ia tampak sangat bebas, padahal modal dan kapital yang bebas. 

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved