Opini
Opini: Mencari Wajah Allah di Tengah Derita dan Bencana
Allah bukan seperti penguasa dunia yang duduk di tahtanya dan hanya memandang dan memerintah dari jauh.
Oleh: Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, M.Th., MA
Wakil Rektor IV Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang, Nusa Tenggara Timur
POS-KUPANG.COM - Dalam pusaran bencana alam, pandemi, peperangan, dan tragedi kemanusiaan lainnya, pertanyaan yang paling sering mengemuka—baik dari orang beriman maupun yang meragukan iman adalah: "Di manakah Allah? Apakah Allah peduli ketika penderitaan menimpa umat manusia?"
Dalam seminar nasional bertajuk "Allah di Tengah Bencana: Mencari Wajah Ilahi dalam Derita" yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube LAI, saya membagikan refleksi teologis berbasis Perjanjian Baru untuk menanggapi kegelisahan spiritual tersebut.
Allah Tidak Diam
Perjanjian Baru tidak memberikan jawaban simplistik terhadap penderitaan.
Sebaliknya, ia menyaksikan kehadiran Allah dalam luka dunia. Yohanes 1:14 menyatakan bahwa “Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita.”
Ini adalah deklarasi bahwa Allah tidak menjauh, melainkan masuk ke dalam realitas manusia yang rapuh dan penuh duka.
Allah bukan seperti penguasa dunia yang duduk di tahtanya dan hanya memandang dan memerintah dari jauh.
Teolog N.T. Wright menegaskan bahwa inkarnasi adalah bukti Allah tidak mengambil jarak dari penderitaan manusia.
Bahkan, Allah hadir di dalamnya, dalam kelaparan, penolakan, ketidakadilan, bahkan kematian di kayu salib.
Salib: Simbol Solidaritas Ilahi
Puncak dari solidaritas Allah dengan umat manusia adalah salib. Jurgen Moltmann menyatakan bahwa di salib, bukan hanya manusia yang menderita, tetapi Allah sendiri turut menanggung penderitaan itu bahkan Ia sendiri menderita.
Dalam Markus 15:34, Yesus berseru: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”, seruan ini menunjukkan bahwa di titik paling gelap sekalipun, wajah Allah tetap menyala dalam kasih.
Roh Kudus: Penolong di Tengah Kekacauan
Paulus dalam Roma 8 menggambarkan Roh Kudus sebagai penolong (paraklētos) yang turut mendoakan dengan keluhan yang tak terucapkan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.