Opini

Opini: Urgensitas Digital Parenting Bagi Generasi Alfa

Misalnya seorang anak yang mengikuti cara berbicara di podcast tanpa ia memahami arti sebenarnya. 

|
Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Gebrile Mikael Mareska Udu. 

Pertama, kerentanan terpapar konten pornografi. Banyak orang yang tidak bertanggung jawab dalam dunia digital memanfaatkan media digital sebagai tempat penyebaran konten pornografi untuk tujuan tertentu. 

Tindakan tersebut pada akhirnya mempengaruhi anak-anak yang dengan mudah mengakses konten tersebut. 

Anak yang terpapar konten pornografi berisiko membuatnya ingin meniru karena hasrat yang terbangkitkan tetapi belum disertai kontrol kesadaran yang matang. 

Kedua, kurangnya sikap penyeleksian informasi. Memang relasi yang harmonis antara teknologi dan generasi alfa memudahkan proses perolehan informasi. 

Bahkan informasi yang ditawarkan pun bermacam-macam. Sayangnya  kebanjiran informasi yang tidak dibarengi kemampuan untuk menyaring informasi yang benar dan salah berakibat pada penipuan atau hoaks. 

Anak-anak lambat laun percaya akan informasi yang sejatinya salah dan tidak bermanfaat baginya.

Misalnya seorang anak yang mengikuti cara berbicara di podcast tanpa ia memahami arti sebenarnya. 

Ia mengungkapkan kata-kata kasar ketika berelasi dengan orang lain sebagaimana ia temukan dalam podcast. 

Ketiga, turunnya daya juang. Anak-anak yang telah terpapar oleh  pengaruh teknologi, membuat mereka kurang terbiasa berproses atau melakukan pekerjaan dengan rutin dan berulang. 

Teknologi telah memudahkan anak-anak karena segala sesuatu terlihat serba instan dan alamiah padahal nyatanya tidak. Misalnya, ada tutorial dalam melakukan sesuatu. 

Semua tahap terlihat mudah untuk dipraktikkan tetapi saat anak-anak meniru, hasilnya tidak semudah dan sebagus yang ia saksikan. 

Pada gilirannya anak menjadi kecewa dan menilai diri kurang mampu. Tak sedikit anak-anak yang  memilih untuk berhenti berusaha dan enggan mencoba berulang-ulang.

Keempat, kurang terampil dalam bersosialisasi. anak-anak yang terbiasa menggunakan kecanggihan teknologi cenderung kurang memperhatikan lingkungan sekitar, kurang terampil membangun percakapan atau menjalin relasi sosial. 

Kecanduan teknologi membuat mereka lebih memilih untuk menyendiri. Jika sikap tersebut dibiarkan terus-menerus, anak akan bertumbuh menjadi pribadi yang apatis, individualis dan egois. 

Kita bisa menemukan realitas di tengah keluarga dewasa ini. Sebelumnya di rumah terdengar ramainya celotehan anak di mana mereka menceritakan pengalaman mereka. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved