Opini
Opini: Urgensitas Digital Parenting Bagi Generasi Alfa
Misalnya seorang anak yang mengikuti cara berbicara di podcast tanpa ia memahami arti sebenarnya.
Pertama, kerentanan terpapar konten pornografi. Banyak orang yang tidak bertanggung jawab dalam dunia digital memanfaatkan media digital sebagai tempat penyebaran konten pornografi untuk tujuan tertentu.
Tindakan tersebut pada akhirnya mempengaruhi anak-anak yang dengan mudah mengakses konten tersebut.
Anak yang terpapar konten pornografi berisiko membuatnya ingin meniru karena hasrat yang terbangkitkan tetapi belum disertai kontrol kesadaran yang matang.
Kedua, kurangnya sikap penyeleksian informasi. Memang relasi yang harmonis antara teknologi dan generasi alfa memudahkan proses perolehan informasi.
Bahkan informasi yang ditawarkan pun bermacam-macam. Sayangnya kebanjiran informasi yang tidak dibarengi kemampuan untuk menyaring informasi yang benar dan salah berakibat pada penipuan atau hoaks.
Anak-anak lambat laun percaya akan informasi yang sejatinya salah dan tidak bermanfaat baginya.
Misalnya seorang anak yang mengikuti cara berbicara di podcast tanpa ia memahami arti sebenarnya.
Ia mengungkapkan kata-kata kasar ketika berelasi dengan orang lain sebagaimana ia temukan dalam podcast.
Ketiga, turunnya daya juang. Anak-anak yang telah terpapar oleh pengaruh teknologi, membuat mereka kurang terbiasa berproses atau melakukan pekerjaan dengan rutin dan berulang.
Teknologi telah memudahkan anak-anak karena segala sesuatu terlihat serba instan dan alamiah padahal nyatanya tidak. Misalnya, ada tutorial dalam melakukan sesuatu.
Semua tahap terlihat mudah untuk dipraktikkan tetapi saat anak-anak meniru, hasilnya tidak semudah dan sebagus yang ia saksikan.
Pada gilirannya anak menjadi kecewa dan menilai diri kurang mampu. Tak sedikit anak-anak yang memilih untuk berhenti berusaha dan enggan mencoba berulang-ulang.
Keempat, kurang terampil dalam bersosialisasi. anak-anak yang terbiasa menggunakan kecanggihan teknologi cenderung kurang memperhatikan lingkungan sekitar, kurang terampil membangun percakapan atau menjalin relasi sosial.
Kecanduan teknologi membuat mereka lebih memilih untuk menyendiri. Jika sikap tersebut dibiarkan terus-menerus, anak akan bertumbuh menjadi pribadi yang apatis, individualis dan egois.
Kita bisa menemukan realitas di tengah keluarga dewasa ini. Sebelumnya di rumah terdengar ramainya celotehan anak di mana mereka menceritakan pengalaman mereka.
Gebrile Mikael Mareska Udu
digital parenting
Opini Pos Kupang
POS-KUPANG. COM
generasi alfa
Teknologi
Universitas Sanata Dharma
pola asuh
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.