ART Asal Sumba Dianiaya

Air Mata Menetes, Memendam Rasa Ingin Bertemu Anak

Adiknya memiliki keinginan kuat untuk melanjutkah kuliah. Namun, ia sadar bapa dan mama hanyalah  petani dengan penghasilan pas-pasan.

Penulis: Petrus Piter | Editor: Oby Lewanmeru
zoom-inlihat foto Air Mata Menetes, Memendam Rasa Ingin Bertemu Anak
POS-KUPANG.COM/PETRUS PITER
KELUARGA - Inilah keluarga Intan korban penganiayaan di batam. Nampak ayah Intan Ngila Leba, ibu Intan Suli Leda dan kakak Intan, Yulius Bate Ubu Lele pose di depan rumah mereka di Kampung Bodo Maroto, Desa Kelembu Kuni, Kecamatan Kota Waikabubak, Sumba Barat, NTT.

Ia berangkat ke Batam pada tanggal 20 Juni 2024. Dan tepat tanggal 20 Juni 2025 berencana pulang ke Waikabubak, Sumba Barat. Sayangnya, ditengah penantian keluarga itu, justru mendapat kabar buruk menimpa adiknya.

Kepergian itu atas inisiatif sendiri agar bisa bekerja dan membantu memperbaiki ekonomi keluarga. Selain itu, ia ingin mengumpulkan uang untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Adiknya memiliki keinginan kuat untuk melanjutkah kuliah. Namun, ia sadar bapa dan mama hanyalah  petani dengan penghasilan pas-pasan.

Hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tak sanggup membiayai pendidikan hingga perguruan tinggi.

Selama setahun bekerja di Batam, adiknya hanya sekali mengirimkan uang sebesar Rp 1 juta. Selama satu tahun itu pula, adiknya hanya dua kali menelepon keluarga. Ia menduga handphonenya  disita  oleh majikannya.

Untuk itu, ia bersama keluarga mendesak aparat kepolisian Batam memproses tuntas para pelaku penyiksaan terhadap adiknya dengan ganjaran hukuman seberat-beratnya.

Hal itu untuk memberikan rasa keadilan bagi korban dan  keluarganya. Selain itu, meminta pemerintah membantu membiayai perawatan hingga sembuh dan mengembalikan ke keluarganya di Sumba Barat, NTT.

Keluarga juga mendesak majikan membayar gaji adiknya penuh. Sebab selama setahun bekerja, adiknya tidak menerima gaji.

 

Sementara itu, Bapa Ngila Leba, ayah  Intan Tuwa Negu, menuturkan, keberangkatan anaknya ke Batam atas keinginan sendiri demi memperbaiki ekonomi keluarga.

" "Kami orang miskin, orang susah. Kami tidak sanggup menyekolahkan lebih tinggi. Anak saya berkeinginan kuliah ke perguruan tinggi setelah lulus SMA pada tahun 2024. Saat berangkat merantau, ia menyampaikan ingin mencari kerja untuk membantu keluarga dan mengumpulkan uang untuk kuliah. Kasihan anak saya, disiksa sepert ini. Saya mohon pemerintah mau membantu mengembalikan anak saya," ungkapnya penuh harap. (petrus piter)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved