Opini
Opini: Mengajar dan Tren Melaporkan
Dahulu, otoritas guru ditopang oleh nilai sosial yang menempatkan guru sebagai orang tua kedua di sekolah.
Oleh: Goldy Ogur
Alumnus Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero, Nusa Tenggara Timur
POS-KUPANG.COM - Berangkat dari viralnya kasus guru yang takut menegur siswa karena risiko hukum, tulisan ini mengangkat isu kebebasan mengajar dan iklim belajar yang sehat.
Dalam masyarakat modern yang semakin sensitif terhadap pelanggaran hak asasi, pendidik kini berjalan di atas garis tipis antara mendidik dan dituduh.
Apakah ini pertanda kemunduran atau justru momen untuk menata ulang relasi antara guru, siswa, dan masyarakat?
Fenomena ini menunjukkan bahwa ada yang keliru dalam cara kita memaknai relasi kuasa di ruang kelas.
Ketika sistem hukum atau persepsi publik lebih cepat menghakimi guru daripada mendengar duduk perkaranya, maka profesi guru kehilangan tempat berpijak yang aman.
Ini bukan sekadar perkara hukum, tetapi juga refleksi dari mentalitas masyarakat yang tidak siap hidup dalam masyarakat pendidikan yang dewasa.
Terlebih ketika media sosial sering kali menjadi hakim tanpa proses, maka pendidikan berubah menjadi tontonan, bukan lagi proses pertumbuhan.
Krisis Kepercayaan di Ruang Kelas
Ki Hajar Dewantara sejak awal telah menekankan bahwa pendidikan adalah upaya menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.
Namun bagaimana menuntun jika sang penuntun justru diragukan niat dan otoritasnya?
Di sinilah letak paradoks zaman ini: kita ingin pendidikan yang bermutu, tetapi meragukan mereka yang menjalankan prosesnya.
Jika terus berlangsung, relasi antara guru dan siswa akan kehilangan dimensi moralnya.
Guru menjadi takut berinteraksi secara mendalam, dan siswa kehilangan figur otoritatif yang menuntun dengan keteladanan.
Masyarakat kehilangan ekosistem pendidikan yang sehat. Maka kini saatnya kita bertanya, bukan hanya apakah guru salah, tetapi juga apakah masyarakat sudah benar dalam memperlakukan guru.
Goldy Ogur
Opini Pos Kupang
Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero
POS-KUPANG. COM
profesi guru
kekerasan terhadap anak
Ki Hajar Dewantara
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.