Opini

Opini: Tolong Selamatkanlah Mereka!

Kontrol sosial dipaham sebagai terkekangnya kebebasan: makin tinggi kontrol sosial, makin terpenjaranya kebebasan. 

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Melki Deni, S. Fil 

Dengan demikian bisnis obat-obatan multinasional, kalau tidak mau mengatakan bisnis kesehatan, pun makin meningkat. Autoeksploitasi adalah bunuh diri. 

Pembudakan diri

Ponsel pintar membantu kita mengautoproduksi. Kita tidak membutuhkan sang majikan untuk membeli dan memanfaatkan (tenaga kerja) kita, lalu memproduksi sesuatu dengan memperbudak (tenaga kerja) kita. 

Kita dapat menghasilkan sesuatu oleh, dari, dan untuk kita sendiri. Kita dapat menjadi majikan (kapitalis) sekaligus pembantu/tenaga kerja (budak) atas diri kita. 

Kita dapat mengeksploitasi diri kita sendiri seturut hasrat/gairah, dan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kita. Makin rajin autoproduksi, makin tingginya tingkat autoeksploitasi. 

Ponsel pintar membantu kita dengan eros online kita semakin mengucilkan, mengalienasi, dan mengeksploitasi diri sendiri dan yang lain. Ponsel pintar mengintesifkan penjarakan di antara dua orang. 

Ia tidak membantu kita mendekatkan yang jauh tetapi mengabsenkan yang dekat dan yang jauh sekaligus. Absensi digital berbeda dengan absensi korporeal. 

Absensi digital tidak hanya menolak yang dekat, tetapi juga menyangkal yang jauh. 

Absensi digital tidak terikat oleh ruang dan waktu—malah melampauinya. Sebaliknya absensi korporeal tidak bisa ada sebagai yang hadir di sini dan di sana sekaligus (omnipraesentia). 

Tubuh manusia ada sebagai yang hadir di  sini, dan absensi di sana. Atau manusia absensi di sini, dan ada sebagai yang hadir di sana. Satu manusia tidak bisa ada sebagai yang hadir di dua tempat yang berbeda. 

Kalau manusia secara fisik absensi di sini dan di sana juga, ia sudah mati. Kalau manusia ada di sini secara fisik, dan absensi di sana, ia sedang dikepung oleh ponsel pintar.  

Semakin kita merasakan bahwa kita sedang terhubung dan memiliki relasi digital dengan yang lain, semakin kita mengisolasi diri. 

Semakin lama berada di dalam ponsel pintar, semakin kita merasakan kesepian dan kesendiran daripada sebelumnya. 

Komunikasi digital mengabaikan kesalingan kontak fisik, kontak mata dan miskin bahasa tubuh, dan bahasa dalam tubuh. 

Byung-Chul Han dalam La Tonalidad del Pensamiento (2024) menggarisbawahi, “sejak munculnya ponsel pintar, kita semakin kehilangan tatapan mata—kontak mata. Tatapan mata menghilang… 

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved