Opini

Opini: Gerakan Beli NTT, Menggerakkan Ekonomi Daerah dari Produk Lokal

Gerakan Beli NTT merupakan salah satu dari enam program prioritas Gubernur NTT periode 2025–2030, Bapak Melki Lakalena. 

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/EUGENIUS BORO
GERAKAN BELI NTT - Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena Resmi Luncurkan Program OVOP dan Gerakan Beli Produk NTT, Selasa 27 Mei 2025. 

Angka ini mengindikasikan bahwa kebutuhan konsumsi wisatawan seperti buah dan sayuran masih sangat bergantung pada pasokan dari luar daerah.

Ini menjadi tantangan sekaligus peluang. Pemerintah perlu mendorong peningkatan kapasitas produksi pertanian lokal—baik dari sisi kuantitas maupun kualitas—serta menjalin kemitraan dengan sektor pariwisata dan akomodasi untuk mengutamakan penggunaan produk lokal dalam penyediaan makanan dan minuman.

Kemandirian Pangan

Beras merupakan salah satu komoditas utama dalam konsumsi rumah tangga di NTT. Berdasarkan data tahun 2024, sekitar 26 persen dari total pengeluaran rumah tangga digunakan untuk membeli beras. 

Ini menunjukkan betapa sentralnya peran beras dalam struktur konsumsi masyarakat.

Namun, jika kita membandingkan antara produksi dan konsumsi beras di NTT pada tahun 2024, terjadi defisit yang cukup besar. 

Produksi beras lokal tercatat sebesar 414,06 ribu ton, sedangkan konsumsi masyarakat mencapai 663,66 ribu ton. Artinya, sekitar 37 persen kebutuhan beras NTT masih dipenuhi dari pasokan luar daerah.

Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus peluang dalam semangat Gerakan Beli NTT. Konsumsi beras masyarakat NTT idealnya dipenuhi dari produksi pertanian lokal demi mewujudkan kemandirian pangan lokal. 

Hal ini tidak hanya akan memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi petani lokal.

Kopi NTT

Salah satu produk unggulan sektor pertanian NTT lainnya adalah kopi. Wilayah seperti Flores, Bajawa, Manggarai, dan Lembata dikenal sebagai penghasil kopi arabika dan robusta berkualitas tinggi. 

Kopi saat ini bukan sekadar minuman, tapi telah menjadi bagian dari gaya hidup, simbol kualitas, dan interaksi sosial.

Berdasarkan hasil Survei Perkebunan Tahun 2023, NTT termasuk dalam 10 besar provinsi dengan produksi kopi tertinggi, yaitu mencapai 25.637 ton. 

Dengan jumlah produksi sebesar ini, mendorong penggunaan kopi lokal dalam konsumsi harian, di hotel dan restoran, serta di gerai minuman modern, akan memberikan dampak ekonomi yang signifikan.

Gerakan Beli NTT menjadi momentum penting untuk mengubah pola konsumsi masyarakat. 

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved