Opini
Opini: Kristus di Tengah Budaya, Menuju Inkulturasi yang Kristosentris dalam GMIT
Inisiatif ini lahir dari semangat untuk menjembatani Injil dan kebudayaan lokal melalui sebuah proses yang disebut inkulturasi.
Dalam kerangka Reformed, liturgi tidak sakral karena bentuknya, melainkan karena fungsinya: mempertemukan umat dengan Kristus melalui Firman dan Sakramen.
Maka, bentuk liturgi dapat dan bahkan perlu beradaptasi—sepanjang tidak mengaburkan Injil dan tidak bertentangan dengan kehendak Allah.
Mikha 6:8 dan Tiga Pilar Inkulturasi Kristiani perode pelayanan 2024-2027
Mikha 6:8 berkata: "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN daripadamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?"
Ayat ini memberi tiga prinsip utama bagi inkulturasi yang sehat dan kristosentris:
Keadilan (mishpat): Gereja perlu berlaku adil terhadap budaya lokal, tidak dengan curiga berlebihan atau menilainya sebagai kafir secara apriori.
Kita perlu menimbangnya secara adil dan teologis—dengan discernment yang jujur, bukan penolakan emosional.
Kesetiaan (chesed): Kesetiaan pada Injil mendorong kita untuk terus memelihara inti iman Kristen dalam setiap ekspresi budaya.
Unsur budaya yang mengaburkan kebenaran Kristus memang perlu disaring, tetapi kesetiaan juga menuntut kita untuk tidak membeku dalam bentuk-bentuk lama yang tidak lagi menyentuh umat.
Kerendahan hati (hatznea leket): Inkulturasi menuntut gereja untuk berjalan rendah hati di hadapan Allah—tidak arogan terhadap budaya, tetapi juga tidak kompromi terhadap Injil.
Ini berarti kita bersedia terus belajar, meneliti, dan menyempurnakan praktik liturgis kita dalam terang Firman.
Budaya: Tantangan, Ladang, dan Altar
Budaya adalah medan kompleks di mana Injil hadir sebagai kabar baik yang menyentuh hati manusia.
Ia adalah tantangan karena menyimpan nilai-nilai yang harus dikritisi, tetapi juga ladang tempat Injil ditaburkan, dan bahkan altar, tempat persembahan syukur umat dinaikkan kepada Allah.
Calvin menolak dikotomi antara sakral dan profan. Seluruh hidup adalah ibadah (Roma 12:1), dan karena itu, budaya dapat menjadi bagian dari liturgi hidup yang kudus.
John Mozes Hendrik Wadu Neru
Inkulturasi
Gereja Masehi Injili di Timor
Opini Pos Kupang
Klasis Sabu Timur
Opini: Urgensi Perda NTT Tentang Pengelolaan Muro dan Kearifan Lokal Lainnya |
![]() |
---|
Opini: Mengobati Luka Menata Harapan, Perdagangan Orang dalam Geliat Pembangunan NTT |
![]() |
---|
Opini: Jangan Takut pada One Piece, Rayakan Kreativitas dalam Semangat Kemerdekaan |
![]() |
---|
Opini: Wabah Rabies dan Tumpulnya Nurani terhadap Sesama |
![]() |
---|
Opini: Mencari Wajah Allah di Tengah Derita dan Bencana |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.