Opini

Opini: Ketimpangan Sosial dan Kemiskinan di NTT, Belajar dari Paus Fransiskus

Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya dan subur akan sumber daya alamnya, namun mengapa masih ada kemiskinan ?

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Leonardo A.L.Dhei 

Jika masyarakat terdidik secara baik dan bermutu maka akan terbentuk pola pikir visioner untuk memajukan diri sendiri, sosial dan negara.

Kemiskinan Sebagai Produk Kapitalisme

Di era yang semakin maju dengan perkembangan teknologi yang pesat ini dikhawatirkan makin banyak pengangguran. 

Contoh di Jepang, Amerika dan negara-negara maju lainnya, merancang robot yang memiliki sistem atau pola pikir yang sama seperti manusia agar dapat dipekerjakan untuk menggantikan tenaga kerja manusia. 

Jika hal ini terus berkembang 30-50 tahun kedepan, maka disinyalir semakin banyak manusia yang menjadi pengangguran. 

Problem ini bisa menjadi kesempatan oleh kaum borjuis untuk mempekerjakan tenaga manusia dengan harga murah, karena sulitnya lapangan pekerjaan yang mau tidak mau manusia harus tetap bekerja demi kebutuhan hidup. 

Hal ini pun menciptakan ketimpangan ekonomi yang akan terus berlanjut.

Menurut Paus Fransiskus “kemiskinan di dunia merupakan skandal. Dalam dunia yang kaya ini, tidak masuk akal begitu banyak orang yang masih kelaparan, tidak memiliki tempat tinggal dan pengangguran. 

Ini merupakan kata yang cocok jika dipakai untuk sindiran bagi para kaum kapitalis, mengapa? 

Karena begitu kayanya alam dan suburnya tanah yang ada di NTT serta berbagai jenis budidaya baik dari sektor perikanan, pertanian, dan kehutanan yang kaya, tetapi mengapa masih banyak orang yang miskin dan terlantar serta hidup di perkampungan kumuh yang jauh dari kata layak.

Orang-orang inilah yang membutuhkan perhatian dari pemerintah agar mengeluarkan mereka dari zona kemiskinan.

Wajah Para  Buruh di NTT

Pada saat ini ada  sebagian para buruh di NTT mengalami keterasingan dari hasil kerjanya.

Pertama, upah yang tidak sesuai dengan hasil kerja. Kedua,  proses produksi yang membuat pekerjaan menjadi uniform dan mekanis.

Ketiga,  sesama pekerja ada persaingan ketat yang disebabkan oleh kompetisi, hal yang paling terlihat adalah ketika di suatu perusahaan besar ada strata atau pangkat. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved