Liputan Khusus

LIPSUS: Dokter Anastesi Mengaku Bingung Dikaitkkan dengan Kematian Ibu dan Anak di Sikka

Mantan dokter anestesi RSUD Tc. Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, Remidazon Rudolfus Riba bingung dikaitkan dengan kematian ibu dan anak

|
POS KUPANG/HO.HUMAS PEMKAB SIKKA
BUPATI SIKKA - Bupati Sikka, Juventus Prima Yoris Kago memimpin rapat bersama jajaran manajemen, para dokter, dan kepala ruangan di Ruang Rapat RSUD dr. TC Hillers Maumere, Senin (14/04/2025). 

Dari 22 RSUD yang tersebar di kabupaten kota se NTT, sebanyak 15 RSUD telah memenuhi 100 persen ketersediaan tujuh jenis spesialis yang ditentukan yaitu spesialis penyakit dalam, kebidanan, kandungan, anak, bedah, radiologi, anestesiologi, dan patologi klinik. 

Iien Adriany mengatakan di NTT masih mengalami kekosongan tenaga dokter spesialis. Saat ini, sebanyak enam kabupaten di NTT yang belum ada dokter spesialisnya.  

Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPRD Provinsi NTT, Jumat (11/4) Iien menyebutkan, di Kabupaten Sabu Raijua mengalami kekosongan dokter spesialis anak, radiologi dan patologi klinik.  Sementara di Kabupaten Kupang ketiadaan dokter spesialis penyakit dalam. 

Baca juga: LIPSUS: Tidak Ada Dokter Anastesi  Ibu dan Anak Meninggal  di IGD Tc Hilers Maumere 

“Ada enam kabupaten yang masih ada (kekurangan dokter di NTT). Seperti Kabupaten Kupang itu tidak ada spesialis penyakit dalam-nya, kemudian Kabupaten Sabu Raijua itu tidak ada spesialis anak dan radiologi. Rata-rata sudah punya dan terpenuhi semua. 68 persen sudah terpenuhi semua kebutuhan itu. Cuman satu-satu,” kata Iien Adriany.

Berdasarkan laporan yang diterima Pos Kupang  dari Kepala Seksi PPSDMK Dinkes NTT Merpati Nalle, berikut empat kabupaten lainnya yang RSUD Tipe C dengan indikator 4 dokter spesialis dan 3 penunjang-nya yang masih ada kekosongan sesuai data SISDMK.

Kabupaten Lembata spesialis radiologi, Kabupaten Flores Timur spesialis patologi klinik, Kabupaten Ngada spesialis anestesi, dan Kabupaten Sumba Tengah spesialis anak dan spesialis patologi klinik. (fan/dim/kompas.com)

 

Jadi Bahan Refleksi 

DPRD NTT mengutuk sikap dua dokter di Rumah Sakit TC. Hillers Maumere Kabupaten Sikka yang berujung pada meninggalnya pasien karena keterlambatan penanganan. 

Komisi V DPRD NTT telah memanggil Dinas Kesehatan Provinsi NTT dan perhimpunan rumah sakit maupun tenaga kesehatan di NTT untuk membahas itu dalam agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP), Jumat (11/4). 
Rapat itu dipimpin Ketua Komisi V DPRD NTT Muhamad Supriyadin Pua Reke, dan dihadiri pimpinan maupun anggota Komisi V DPRD NTT. 

Muhamad Ansor, anggota Komisi V DPRD NTT dalam forum itu menyebut persoalan itu harusnya tidak terjadi. Dia bahkan mendorong pencabutan izin praktik bagi dua dokter anastesi itu. 

"Komisi V DPRD mengutuk keras (kejadian) ini," kata Muhamad Ansor, Jumat. Dia meminta Ketua Komisi V DPRD NTT Pua Reke juga mengeluarkan pernyataan yang sama. 

Pua Reke menyebut, Komisi V DPRD NTT mengutuk persoalan di Rumah Sakit TC Hillers Maumere. Dia harap tidak ada lagi masalah semacam ini di NTT. “Kami Komisi V DPRD Provinsi NTT mengutuk keras kejadian di RSUD Maumere yang sebabkan ibu dan anak meninggal dunia. Tidak boleh terjadi lagi,” kata dia. 

Anggota DPRD NTT lainnya, Mercy Piwung meminta Pemerintah Kabupaten Sikka maupun Pemerintah Provinsi NTT segera melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mendatangkan dokter pengganti. 

Sebab, kata dia, kebutuhan dokter sangat penting bagi pelayanan di Rumah Sakit itu. Sisi lain, hampir semua fasilitas kesehatan di NTT, juga mengalami masalah yang sama yakni kekurangan dokter, terutama dokter ahli. "Ini kebutuhan masyarakat. Pemerintah harus segera berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mendatangkan," katanya. 

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved