Liputan Khusus
LIPSUS: Dokter Anastesi Mengaku Bingung Dikaitkkan dengan Kematian Ibu dan Anak di Sikka
Mantan dokter anestesi RSUD Tc. Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, Remidazon Rudolfus Riba bingung dikaitkan dengan kematian ibu dan anak
“Dampak dari tidak bekerjanya dua dokter spesialis anestesi ada pasien yang meninggal di RSUD. Saya sedih mendengarkan informasi itu hanya karena meminta tunjangan yang sangat besar, sementara keuangan daerah terbatas,” ujar Melki Laka Lena.
Kekurangan Dokter
Kepala Dinas Kesehatan NTT, drg. Iien Adriany mengakui, di NTT memang mengalami kekurangan tenaga dokter spesialis.
"Sebetulnya NTT kekurangan dokter. Kalau pun ada misalkan hanya satu orang dan juga punya hak cuti. Kalau cuti ya terjadi kekosongan dokter," kata Iien Adriany.
Iien Adriany mencontohkan kondisi kekosongan dokter terjadi di Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Kupang. Di Kabupaten Sabu Raijua mengalami kekurangan dokter spesialis anak dan radiologi. Sementara di Kabupaten Kupang ketiadaan dokter spesialis penyakit dalam.

Kekurangan dokter menurutnya, tidak hanya terjadi di dua kabupaten, tetapi ada juga di wilayah lain di NTT.
Terkait peristiwa di RSUD TC Hillers, Iien Adriany mengatakan, rumah sakit tersebut memiliki dua dokter anestesi. Satu berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN) dan satu tenaga kontrak.
“Dokter anestesinya ada dua. Satu ASN satunya tenaga kontrak. Intinya, (mereka) menghendaki untuk mendapat insentif yang lebih, tetapi karena keuangan daerah tidak memungkinkan, yang terjadi seperti itu,” kata Iien Adriany.
Iien Adriany mengungkapkan bahwa dokter PNS yang bertugas di RSUD TC Hillers sebenarnya sudah mengajukan pengunduran diri sejak Februari lalu. Namun pengunduran diri itu belum diterima karena dokter masih sangat dibutuhkan.
Untuk sementara waktu, kata Iien, pihak RS sudah mendatangkan seorang dokter dari RS Komodo Labuan Bajo yang akan bertugas hingga akhir April 2025.
Kadis Kesehatan NTT mengakui, situasi seperti ini pernah terjadi sebelumnya. Namun saat itu, Dinas Kesehatan masih memiliki kewenangan untuk memindahkan dokter sesuai kebutuhan. Sekarang kebijakan tersebut tidak bisa dilakukan.
“Tahun sebelumnya kita punya kewenangan untuk izin, tetapi sekarang kewenangan itu bukan ada di kita,” ujar Iien Adriany.
Baca juga: Gubernur NTT Minta Maaf, Dua Dokter Anestesi Kembali Bekerja di RS TC Hillers Maumere
Iien Adriany menambahkan, tidak mudah untuk menarik dokter spesialis praktik NTT. Menurutnya dibutuhkan daya tarik tertentu.
“Jujur, NTT ini bukan menjadi pilihan utama bagi para dokter. Kalau disuruh pilih, mereka pasti pilih tempat lain. Maka butuh sesuatu yang menarik, salah satunya ya itu (gaji) yang cukup,” tambahnya.
Dinas Kesehatan menyebut saat ini ada 74 dokter spesialis yang sedang menjalani pendidikan. Namun, NTT masih harus menunggu mereka menyelesaikan pendidikan hingga selesai.
"Kita harus menunggu mereka selesai. Selama itu, kita juga harus punya cara agar dokter mau datang ke NTT," kata Iien Adriany.
Sebanyak 68,18 persen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tipe C di NTT telah memenuhi standar empat dokter spesialis dasar dan tiga dokter spesialis penunjang, sesuai data Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SISDMK) per 31 Maret 2025.
LIPSUS: Warga Inbate Dengar Letusan Senjata Bentrok di Perbatasan Distrik Oecusse |
![]() |
---|
LIPSUS: Paulus Ditembak dari Jarak 5 Meter, Pengakuan Korban Penembakan UPF Tiles |
![]() |
---|
LIPSUS: 1.000 Lilin Perjuangan untuk Prada Lucky Aksi Damai Warga di Nagekeo |
![]() |
---|
LIPSUS: Lagu Tabole Bale Bikin Prabowo Bergoyang , Siswa SMK Panjat Tiang Bendera |
![]() |
---|
LIPSUS: TTS Kekurangan Alat Diagnosa TBC, Lonjakan Kasus Semakin Mengkhawatirkan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.