Opini
Opini: Pola Konsumsi dan Kecenderungan Masyarakat Post-modern
Singkatnya, bagaimana individu mengisi kesehariannya dalam berinteraksi dengan orang lain merupakan unsur-unsur pembentuk lifestyle.
Oleh: Emiliana Martuti Lawalu, SE,ME
Dosen Ekonomi Pembangunan FEB Unwira Kupang - Nusa Tenggara Timur
POS-KUPANG.COM - Dalam kajian sosiologi ekonomi terdapat dua aspek hidup manusia. Aspek perilaku konsumsi dan aspek kebudayaan.
Keduanya tidak bisa dipisahkan. Perilaku konsumsi berpengaruh kuat kepada aspek kebudayaan.
Budaya yang dihasilkan melalui produk yang dibeli, dikonsumsi, dan dimanfaatkan dipengaruhi oleh aspek perilaku konsumen.
Dari aspek perilaku konsumen ini kemudian muncul kecenderungan berbudaya yang disebut dengan the culture of lifestyle.
Lifestyle merupakan adaptasi yang aktif individu terhadap kondisi sosial di sekitarnya.
Sampai munculnya lifestyle karena setiap orang merasa perlu bersosialisasi dengan orang lain.
Gaya bersosialisasinya itu seperti cara berpakaian, cara kerja, cara makan atau pola konsumsi.
Singkatnya, bagaimana individu mengisi kesehariannya dalam berinteraksi dengan orang lain merupakan unsur-unsur pembentuk lifestyle.
Berbagai stimulus muncul, ketika berinteraksi dengan orang lain dalam kelompok social. (Bagong Suyanto, 2013:138).
Kebutuhan versus keinginan
Berhadapan dengan produk-produk budaya, manusia diperhadapkan dengan pilihan. Maksudnya, manusia berada di batas antara pilihan berdasarkan kebutuhan atau berdasarkan keinginan.
Sebab itu, prioritasnya ditantang di persimpangan ini. Orang dihadapkan dengan dilemma apakah yang lebih penting kebutuhan atau keinginan.
Tetapi kebutuhan itu dimaknai sebagai yang tidak dapat ditunda pemenuhannya. Misalnya kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal.
Sedangkan Keinginan dimaknai sebagai yang dapat ditunda pemenuhannya. Misalnya makanan sudah tersedia tetapi menginginkan makanan lain. Pakaian masih banyak tetapi ingin membeli pakaian lagi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.