Opini: Pola Konsumsi dan Kecenderungan Masyarakat Post-modern

Ada yang membeli pakaian karena diskon, bukan karena kebutuhannya yang mendesak. 

Keinginan mudah diatasi apabila individu, memiliki pendapatan yang cukup. Kebiasan berbelanja untuk memenuhi keinginan akan menciptakan masyakarat konsumen.

Bukan saja terlihat dari apa yang dimakan, perilaku konsumsi masyarakat juga menyangkut pilihan dan model pakaian, kebiasaaan, dan lain-lain.

Secara teoritis masyarakat postmodern atau poststructuralist adalah sebuah masyarakat yang cenderung diorganisasikan di seputar konsumsi ketimbang produksi barang dan jasa. 

Orang berbelanja demi gensi dan gaya yang tampak melalui fasilitas perbelanjaan yang tumbuh dengan pesat di berbagai sudut kota.

Tidak terlihat sebelumnya bahwa penggunaan kartu kredit semakin masif sekarang ini karena memudahkan orang untuk membeli apa pun seketika. 

Gaya sedemikian rupa sampai lupa kalua tabungannya akan bisa terkuras juga.

Sebelumnya, orang membeli karena dibutuhkan. Sekarang ini, mengonsumsi segala sesuatu menjadi gejala yang sangat mencolok. 

Tergambar irasionalitas dalam pemenuhan hidup dan hidup lebih didasari gensi, bukan untuk hidup. Pola konsumsi pun demikian, lebih mengedepankan keinginan daripada kebutuhan. 

Pola ini ditandai dengan kecenderungan seseorang untuk membeli barang atau jasa berdasarkan dorongan emosional sehingga consumptive lifestyle hampir sama dengan consumptive hedonism. 

Seringkali menghabiskan uang untuk kesenangan. Makan di restoran mahal, liburan mewah, berbelanja di mana. Artinya, pengeluaran lebih banyak daripada penghasilan.

Industrialisasi Berwajah Manusia

Tidak dipungkiri bahwa yang dibutuhkan manusia disiapkan atau disediakan oleh industrialisasi. 

Bahwa industrialisasi adalah tahapan kemajuan tidak juga ditolak. Dalam konteks pembangunan, industrialisasi adalah wahana yang mempercepat pencapaian kesejahteraan.

Banyak produk dan jasa yang dihasilkan melalui proses industrialisasi.