Opini

Opini: Pramoedya di Seminari Oepoi

Daftar pertama dari penerbitan ulang ini adalah Tetralogi Buru, yang masa pemesanannya masih dibuka sampai awal bulan ini. 

Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG/HO-DOK PRIBADI
Pramoedya Ananta Toer 

Saya mengutip Nyanyi Sunyi Seorang Bisu ketika membahas buku puisi Joseph Sali, penyintas tahanan politik Pulau Buru, dan mengirimnya ke salah satu jurnal yang dikelola Kantor Bahasa Provinsi NTT, sebagai salah satu persyaratan memperoleh nilai akhir mata kuliah Penulisan Proposal Tesis. 

Versi populer tulisan tersebut saya terbitkan dalam buku esai Menemukan Priamel di Bulan (Dusun Flobamora, 2024).

Ketika pertama kali naik kereta api dari Yogyakarta ke Jakarta dan turun di Stasiun Gambir, yang pertama kali saya ingat adalah tokoh utama dalam novel Bukan Pasar Malam, yang pulang ke Blora dari stasiun yang sama karena ayahnya sakit. 

Pada 2018, bersama Adimas Imanuel, saya ikut menikmati pameran arsipnya, Namaku Pram, di Dia.lo.gue Kemang, Jakarta Selatan, dan masih mengingat dengan jelas replika kamar kerjanya, termasuk mesin tik dan replika lukisan Berburu Celeng karya Djoko Pekik di salah satu sudutnya.

Karena tahu buku-buku Pram bukanlah bagian dari koleksi perpustakaan Seminari Menengah St. Rafael, bertahun-tahun kemudian, saya berusaha menularkan kegembiraan membaca Pram kepada para seminari melalui pelajaran-pelajaran menulis yang saya ampu di jam sekolah, maupun kelas-kelas bimbingan lomba di luar jam sekolah. 

Salah satu kesempatan yang tepat datang ketika saya mesti membimbing salah satu seminaris untuk mengikuti lomba menulis artikel pencegahan korupsi bagi siswa-siswi SMA/SMK di Kota Kupang, yang diselenggarakan oleh Komisi Advokasi Daerah Anti Korupsi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Oktober—November 2020.

Proses pembimbingan biasanya saya mulai dengan mendiskusikan mekanisme bimbingan seperti apa yang diinginkan oleh si seminaris, terutama karena sebagai guru awam, saya mesti menyesuaikan jadwal bimbingan dengan jadwal rutin harian seminari. 

Setelah mendiskusikan mekanisme bimbingan dan menyepakati jadwal, si seminaris saya minta untuk menyusun kerangka tulisan, lalu menentukan daftar referensi awal yang bisa diakses di perpustakaan seminari serta di internet. 

Sebagai salah satu referensi, saya menawarkan si seminaris untuk membaca Korupsi Pramoedya, membuat ringkasan bacaannya, membuat analisis terhadap bacaan tersebut, lalu menempatkannya di antara analisis tulisan untuk memperkuat dan memperkaya kerangka yang ada.

Alasannya sederhana: ia bisa belajar dari para tokoh Pram, dan situasi di masa-masa awal kemerdekaan yang direpresentasikan dalam novel tersebut, agar punya perbandingan yang lebih baik dengan situasi hari ini. 

Pada bimbingan ketiga, si seminaris mengembalikan buku yang saya pinjamkan, tanpa menyerahkan ringkasan bacaan dan analisis yang saya minta untuk dikerjakannya.

Ia mengungkapkan bahwa ia tidak selesai membaca novel tersebut, dan tidak mau menggunakan karya tersebut sebagai bagian dari tulisannya karena merasa cukup yakin dengan analisisnya. 

Saya memahami alasannya, meski yakin bahwa tulisan-tulisan para peserta lain akan menggunakan perspektif dan argumentasi serupa dengan yang digunakan si seminaris, karena referensi yang tersedia di internet cenderung sama, sedangkan referensi pendukung di perpustakan tidak cukup memadai. 

Diskusi selama masa bimbingan kami lanjutkan tanpa melibatkan karya Pram. Tulisan pun dikerjakan dengan judul “Mencegah Korupsi Sejak Dini: Dari Paradigma Kuratif sampai Paradigma Preventif”, dengan sistematika yang menampilkan definisi dan contoh korupsi, faktor-faktor penyebab korupsi, data-data korupsi selama tiga tahun terakhir, yang juga dipakai oleh sebagian besar peserta, dampak korupsi, serta upaya yang bisa dilakukan.

Saat penyerahan penghargaan di Gedung DPD Provinsi NTT pada 7 November 2020, tulisan tersebut dinobatkan sebagai pemenang ketiga. Si seminaris tampak sedikit kecewa. 

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved