Opini
Opini: Pramoedya di Seminari Oepoi
Daftar pertama dari penerbitan ulang ini adalah Tetralogi Buru, yang masa pemesanannya masih dibuka sampai awal bulan ini.
Perspektifnya serupa dengan dua pemenang teratas, tetapi menurut para juri argumentasi dan analisisnya kurang meyakinkan dan mendalam. Keyakinan awal saya terbukti.
Jika ia menyertakan karya Pram dalam pembahasannya, contoh kasus dan faktor penyebab justru bisa diperdalam melalui ilustrasi.
Misalnya korupsi yang disebabkan akibat perspektif terhadap batasan korupsi, yang dalam novel muncul antara lain dalam bentuk perdebatan golongan tua sekaligus pimpinan yang diwakili Bakir, dan golongan muda sekaligus staf yang diwakili Sirad;
Juga pertimbangan-pertimbangan nurani yang muncul dalam bentuk solilokui Bakir sepanjang novel, serta, dengan referensi tambahan, data korupsi sejak awal berdirinya negara Indonesia, yang dengan demikian membedakan artikel
pengandaian tersebut dengan artikel-artikel para pemenang.
Untuk memperlihatkan bagaimana situasi sosial semasa dijadikan sumber kreatif oleh Pramoedya, misalnya, kita bisa melihat bahwa edisi terbitan N.V. Nusantara novel Korupsi terbit pada 1957, di tahun yang sama ketika pemerintah menerbitkan Peraturan Penguasa Militer Nomor 6 Tahun 1957 tentang Langkah Pemberantasan Korupsi.
Sebagai pembimbingnya pada saat itu, saya tentu saja senang bahwa tulisannya, hasil diskusi kami, diapresiasi juri dengan penghargaan tersebut.
Satu-satunya penyesalan saya: ia melewatkan salah satu kesempatan membaca tuntas karya Pram di bangku sekolah, kesempatan yang bahkan tidak
saya peroleh saat saya seusia dirinya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.