Opini

Opini: Wajah Panggung Politik

Wajah praktik politik memuakkan dapat dilihat ketika DPR membahas RUU MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3), serta Tata Tertib DPR.

Editor: Dion DB Putra
DOK. PRIBADI
Dr. Yosua Noak Douw, S.Sos, M.Si, MA 

Idealnya, tiap persoalan yang muncul di tingkat kebangsaan dan kenegaraan dianalisis, diurai, diselesaikan di gedung parlemen. 

Setiap produk politik parlemen dilaksanakan oleh pemerintah di tingkat praktis. 

Gedung parlemen dengan segala atribut dan aktivitas politiknya merupakan laboratorium bersama untuk membahas berbagai persoalan penting menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Politik berwajah ganda

Namun, aktivitas politik yang sedang berlangsung di Senayan pada September 2014, justru berbanding terbalik dari apa yang sedang dipikirkan. 

Panggung politik menunjukkan wajah politik “berwajah ganda” atau “panggung depan” dan “panggung belakang” dalam konstruksi berpikir Erving Goffman (1922-1982), sosiolog dan penulis. 

Menurut Goffman, panggung depan menggambarkan seorang individu cenderung memperagakan perilaku yang tidak otentik alias kamuflase, palsu, dan menipu. 

Namun, kepalsuan yang dipertontonkan hanya ditujukan demi memuaskan emosi para penonton. Dengan kata lain, di panggung depan seseorang tidak menjadi dirinya sendiri, tetapi menjadi orang lain. 

Ketika kembali ke panggung belakang, seseorang kembali ke asalnya. Dia melepas seluruh peran dan atribut kamuflase yang telah dimainkan dan kembali ke identitas kedirian asli. Tidak ada lagi kepura-puraan, tiada lagi permainan peran. 

Di panggung belakang kehidupan tidak bisa dimanipulasi. Semua berjalan alamiah dan tanpa basa basi. Artinya, seseorang di panggung belakang selalu memperlihatkan keasliannya. 

Analisa Goffman di atas paralel dengan panggung politik parlemen. Panggung politik parlemen merupakan panggung depan, yang tak jarang memperlihatkan berbagai kepalsuan. 

Identitas kediriaan yang dipertontonkan di panggung depan sering tidak mewakili identitas kedirian yang sesungguhnya. 

Para elite politik paling sering berbicara mewakili rakyat, tetapi apa yang diperagakan sering tidak sesuai dengan realitas kehidupan sebenarnya, 

Sepak terjang para elite politik sering tidak merespon kebutuhan rakyat kebanyakan. Ada keterputusan peran antara gedung parlemen dan kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Kehidupan di gedung parlemen dengan segala aktivitas politik selalu menunjukkan praktik politik wajah ganda dua. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved