Opini
Opini: Deep Learning, Tren Pendidikan yang Menghidupkan Esensi Kurikulum Merdeka
Dalam konteks ini, John Dewey, seorang filsuf pendidikan progresif, menekankan pentingnya pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning).
Kurikulum Merdeka juga memberikan ruang bagi pembelajaran berbasis masalah (problem- based learning), yang mendorong siswa untuk memecahkan masalah nyata.
Contohnya, siswa yang mempelajari polusi air dapat diajak untuk mengidentifikasi sumber polusi di sekitar mereka dan merancang solusi yang dapat diterapkan di komunitas.
Hal ini mencerminkan pandangan Benjamin Bloom, seorang psikolog pendidikan yang terkenal dengan taksonomi pembelajarannya, di mana tingkat pemahaman tertinggi adalah menciptakan solusi atas masalah yang dihadapi.
Namun, agar pendekatan ini berhasil, guru perlu memainkan peran aktif sebagai fasilitator pembelajaran. Salah satu langkah awal adalah mengubah cara guru memberikan pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan seperti, “Bagaimana teknologi dapat membantu mengurangi ketimpangan sosial di Indonesia?” akan memicu diskusi yang lebih mendalam dibandingkan pertanyaan yang hanya meminta siswa mengingat definisi.
Selain itu, pemberian umpan balik yang konstruktif juga penting. Carol Dweck, melalui teorinya tentang growth mindset, menjelaskan bahwa siswa yang mendapat umpan balik positif cenderung lebih termotivasi untuk belajar lebih mendalam.
Misalnya, guru dapat memberikan masukan seperti, “Saya suka cara kamu berpikir tentang solusi ini, tapi bisakah kamu menjelaskan lebih jauh bagaimana ini bisa diterapkan?”
Resolusi Pendidikan 2025: Membangun Generasi Pembelajar Mendalam
Memasuki tahun 2025, guru perlu menjadikan deep learning sebagai resolusi baru dalam mendukung transformasi pendidikan Indonesia.
Teknologi, pembelajaran berbasis proyek, dan pendekatan diferensiasi harus dimanfaatkan secara maksimal untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna.
Sebagai penutup, kita dapat kembali pada pemikiran Ki Hadjar Dewantara, yang menekankan bahwa pendidikan harus memerdekakan manusia, baik secara pikiran, jiwa, maupun raga.
Dengan mengintegrasikan deep learning ke dalam praktik sehari-hari, pendidikan Indonesia dapat melahirkan generasi pembelajar yang tidak hanya cerdas, tetapi juga mampu berkontribusi secara nyata bagi masyarakat.
Karena sejatinya, pendidikan bukan hanya tentang mengisi kepala dengan informasi, tetapi tentang menghidupkan jiwa dan mempersiapkan siswa menghadapi dunia dengan penuh makna.
Mari jadikan pembelajaran bermakna sebagai standar baru di ruang kelas kita! (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.