NTT Terkini
Psikolog : Bunuh Diri Tidak Pernah Terjadi karena Satu Faktor Tunggal
Psikolog Juliana Marlin Y. Benu, S.Psi., M.Psi mengatakan, aksi bunuh diri (bundir) tidak pernah terjadi karena satu faktor tunggal
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Kanis Jehola
Ada aturan yang membantu bagaimana isu bundir ini diberitakan tanpa memberikan ide pada orang-orang untuk ditiru dan juga perlu ada peringatan-peringatan di bagian awal bahwa berita ini akan memberitakan tentang isu yang sensitif sehingga perlu kehati-hatian dari para pembaca sehingga menyadari kondisi diri dan lain-lain," ujarnya.
Sementara dari sisi keluarga, lanjut dia, cukup banyak dinamika yang terjadi pada keluarga yang kehilangan anggota karena bundir. Beberapa penelitian membuktikan bahwa keluarga yang kehilangan anggota dengan cara ini mengalami masa duka yang lebih panjang karena selain kesedihan dan kehilangan, keluarga yang ditinggalkan seringkali punya rasa bersalah yang besar.
Rasa bersalah biasanya dibarengi pertanyaan-pertanyaan seperti: Kenapa saya tidak menghubungi orang ini, kenapa saya tidak bisa menolong, kenapa saya gagal melindungi?
"Itu seringkali muncul pada keluarga yang ditinggalkan tidak hanya masa berduka yang panjang tapi mungkin mengalami trauma pada tempat kejadian, trauma pada situasi, trauma pada faktor-faktor yang dianggap penyebab. Selain trauma, kita sangat menjaga ketika misalnya saya punya anggota keluarga yang pernah melakukan bundir, ide itu jadi lebih lekat di saya ketika saya punya masalah. Poses menirunya juga lebih cepat," kata dia.
Juliana menegaskan, langkah yang harus diambil untuk mengantisipasi kejadian seperti ini sebagai masyarakat umum, empati yang perlu ditingkatkan di zaman sekarang.
Baca juga: BREAKING NEWS: Anggota TNI di Rote Ndao Tewas Bunuh Diri
Bagi keluarga dan orang-orang terdekat adalah hadir tanpa menilai, mendengarkan tanpa banyak menasehati.
"Kebanyakan orang-orang kita saat ini, pergi ke keluarga yang membutuhkan dukungan dengan seribu satu konsep bahwa saya harus bilanga a, b, c, saya sudah punya penilaian a, b, c, dan sayangnya itu disampaikan. Nah kebanyakan tidak perlu. Apakah orang-orang yang berduka itu tidak tahu? Mereka tahu jadi lebih baik kita hadir tanpa memberikan pelayanan bahwa orang yang telah pergi ini memang begini dan sebagainya. Itu ditahan saja tidak perlu terlalu banyak berkomentar, menilai dan lain-lain.
Sebenarnya penting sekali untuk kita membantu keluarga yang ditinggalkan atau orang-orang yang ditinggalkan ini untuk tahu ke mana mereka harus mencari bantuan bahwa ini sangat sulit, ini situasi yang sangat menekan, ke mana mereka harus mencari bantuan supaya mereka tidak mengulangi pola yang sama lagi.
Nah pencarian bantuan ini tidak hanya ke tenaga profesional tetapi ke orang-orang yang dirasa bisa mendampingi, sesederhana teman dekat ada waktu bercerita, keluarga yang punya kemampuan untuk mendampingi secara psikologis mungkin, jadi walaupun memang pada akhirnya itu sudah menjadi trauma, trauma itu proses yang harus dihadapi bersama tenaga-tenaga profesional," jelas Juliana.
"Peristiwa bundir itu kecil tapi setelah bundir efeknya jadi besar. Traumanya tidak hanya muncul karena bundir tapi dari semua proses yang terjadi setelah bundir terjadi. Itu yang perlu kita cegah. Padahal yang besar ini tidak perlu terjadi kalau kita semua bisa turut berempati," tandasnya.(uzu)
Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS
PMKRI Kupang Desak TNI Ungkap Tuntas Kasus Kematian Prada Lucky Namo |
![]() |
---|
Ombudsman NTT Terima Keluhan Gaji Perawat di Bawah Upah Minimum Provinsi |
![]() |
---|
Aliansi Rakyat Menggugat Desak Kapolda NTT Copot Kapolres Rote Ndao |
![]() |
---|
BERITA POPULER- Dugaan Korupsi di RSUD Ende, Penobatan Raja Amanuban TTS, Kasus Pencabulan di Sarai |
![]() |
---|
Aliansi Rakyat Menggugat Bakal Gelar Aksi Damai Jilid 3 di Polda NTT |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.