Opini
Opini: HUT NTT dan Kedaulatan Pangan
Tentu nuansa ini akan menjadi warna tersendiri dalam momentum perayaan, meskipun Kepala Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota belum dilantik.
Oleh : Emanuel Kolfidus
Pegiat Literasi, tinggal di Kupang - NTT
POS-KUPANG.COM - Tahun 2024 ini Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merayakan ulang tahunnya ke 66 (1958 -2024), tepatnya, 20 Desember 2024.
Ulang tahun kali ini memiliki nuansa khusus dalam seremoni dan euforia sebagai tanda syukur; ulang tahun dengan Presiden baru, Gubernur dan Wakil Gubernur Baru, DPRD Provinsi Baru, Bupati dan Wakil Bupati baru, DPRD Kabupaten baru, Wali kota dan Wakil Wali kota baru, dan DPRD Kota baru.
Tentu nuansa ini akan menjadi warna tersendiri dalam momentum perayaan, meskipun Kepala Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota belum dilantik.
Kita ingin bahwa HUT menjadi kesempatan serius untuk merefkeksi perjalanan pembangunan di NTT dengan berbagai keberhasilan dan tantangan, pun tentu saja ada kegagalan-kegagalan.
Satu isu penting bahkan diwacanakan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto ketika berbicara di depan peserta penerima DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) Tahun Anggaran 2025.
Beliau mengatakan kedaulatan pangan akan menjadi salah satu prioritas. Beliau bicara tentang kedaulatan pangan, mendahului pembicaraan tentang makan bergizi gratis.
Dapat ditebak bahwa makan bergizi gratis hanya akan berjalan dengan lancar dan sukses jika Indonesia sudah memiliki kedaulatan pangan.
Dengan menjadikan kedaulatan pangan sebagai isu dan program prioritas, dapat disebut sebagai langkah besar ke arah pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Kedaulatan pangan menjadi inang dari makan bergizi gratis yang akan menurunkan anak-anak Indonesia yang sehat, selanjutnya anak yang sehat akan menjadi anak cerdas dan berkarakter.
Rantai konsepsi ini tentu membuka tabir baru di langit Indonesia bahwa sesungguhnya Indonesia merupakan surga pangan ( lumbung pangan) dan negara besar berdaulat.
Roh kebijakan presiden ditindaklanjuti dengan kebijakan menghentikan impor paling tidak untuk empat komoditi: beras, gula, garam dan jagung untuk pakan ternak.
Kebijakan ini jika diterapkan secara konsisten akan menjadi cahaya terang bagi kemajuan bangsa secara nyata. Indonesia, negara agraris besar ini memang sedang tersandera oleh virus impor sebagai ironi.
Negara kepulauan raksasa ini masih saja impor garam. Negara dengan jutaan hektare daratan yang dialiri banyak sungai, toh masih impor beras dan jagung.
Negara yang sangat cocok ditanami tebu sejak zaman penjajahan, tetap masih mengimpor gula. Bahkan Indonesia masih harus mengimpor gandum, kedelai, daging, dan susu.
Data memperlihatkan bahwa di tahun 2024, Indonesia mengimpor sebanyak 12.437.218 ton pangan, meliputi beras, gula, bawang putih, daging lembu dan jagung.
Impor beras Januari – Mei 2024 meningkat 165,27 persen, impor gandum Januari-Agustus naik 3,84 persen (8,43 juta ton), impor bawang putih 645.025 ton, impor beras naik 91,85 persen (3,05 juta ton), dan impor telur unggas.
Kita mengimpor dari Australia, Kanada, Argentina, dua negara yang cukup jauh dari Indonesia (pasti ongkosnya mahal), juga dari Thailand, Vietnam dan Pakistan, India, Jerman dan Amerika Serikat.
Pilihan kebijakan membangun kedulatan pangan tingkat nasional berkorelasi langsung bahkan mempengaruhi secara penuh kebijakan pembangunan kedaulatan pangan di daerah, khususnya NTT.
Memang tidak seperti Jawa, Sulawesi, Papua dan Sumatera, tetapi NTT memiliki potensi untuk menyokong kedaulatan pangan nasional, seperti jagung, beras, garam, daging dan telur unggas.
Jika potensi lestari ini mampu dimaksimalisasi oleh para pemimin baru dari provinsi hingga kabupaten/kota, niscaya, NTT dapat memenuhi kebutuhan sendiri soal pangan.
Peta potensi tentunya sudah tergambar dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah, perlunya peningkatan jaringan irigasi sampai tingkat tersier untuk mengatasi krisis air, memacu pengunaan mesin-mesin pertanian modern, menciptakan ketertarikan para milineal untuk terjun sebagai “petani” termasuk mendukung penuh keberadaan sekolah-sekolah vokasi sektor pertanian, pengorganisasin dan pemberdayaan kelompok, kualitas produksi (teknologi pasca panen), menumbuhkan ekosistem pertanian, akses pasar dan permodalan.
NTT penting untuk menyambut kebijakan menghentikan impor pangan yang akan diikuti dengan program peningkatan produksi pangan dalam negeri terutama untuk bahan-bahan pangan tersebut: beras, jagung, kedelai, telur unggas, daging, garam, dan gula.
Artinya akan ada semacam gerakan raksasa dalam rangka intensifikasi dan ekstensifikasi pangan mulai tahun 2025 di tengah beberapa tantangan seperti mesinisasi dan tenaga kerja sektor pertanian.
Bukankah Indonesia masih belum optimal dalam memproduksi mesin-mesin pertanian modern yang kuat dan handal sekaligus masalah dalam ketersediaan tenaga kerja sector pertanian tradisional maupun petani modern yang cakap menggunakan berbagai mesin pertanian canggih.
Sedangkan sejak merdeka, Bung Karno membangun Pabrik Baja Krakatau Steel yang arahnya adalam memproduksi mesin-mesin pertanian bagi rakyat Indonesia untuk mengolah kekayaan alam Indonesia menuju negeri gemah ripah loh jinawi ( negeri subur makmur).
Inilah tantangan peringatan HUT ke-66 NTT. Semoga ada gairah baru menumbuhkan komitmen mencintai daerah ini yang tergambar melalui bauran kebijakan kedaulatan pangan daerah.
Presiden bahkan bicara tentang menghidupkan Lumbung Desa sebagai warisan terbaik leluhur bangsa.
Wacana dan narasi telah didengungkan, inisiasi program tingkat nasional sudah disusun, anggaran telah dialokasikan, maka dalam siklus manajemen, keberhasilan ditentukan oleh ketersambungan yang intens dan konsisten antara imput, proses dan output dengan penguatan gerak monitoring dan evaluasi.
Di sini, harus secara hati-hati untuk membedakan antara siklus manajemen program dengan siklus manajemen proyek.
Siklus manajemen program bertujuan strategis dan berkelanjutan (jangka panjang) sedangkan siklus manajemen proyek berdimensi praktis dan jangka pendek.
Siklus manajemen masih akan dipengaruhi faktor eksternal berupa kendala rantai pasok global akibat perang, perubahaan iklim dalam isu global warming dan potensi bencana.
Kepemimpinan baru menjadi sumber kekuatan utama dalam cita-cita besar, kedaulatan pangan di Nusa Terindah Toleransi menuju kedaulatan pangan Nusantara. (*)
Opini: Green Chemistry, Solusi Praktis Melawan Krisis Lingkungan di NTT |
![]() |
---|
Opini - Drama Penonaktifan Anggota DPR: Siapa yang Sebenarnya Berkuasa, Rakyat atau Partai? |
![]() |
---|
Opini: Anomali Tunjangan Pajak DPR RI, Sebuah Refleksi Keadilan Fiskal |
![]() |
---|
Opini: Paracetamol Publik Menyembuhkan Demam Bukan Penyakit |
![]() |
---|
Opini: Pendidikan Generasi Muda Indonesia Berciri Kalos Kagathos Menurut Konsep Paidea Plato |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.