Opini
Opini: Kembar Tiga
Penyimpangan empat unsur inilah yang melahirkan tiga bersaudara kembar, namanya: Korupsi, Kolusi, Nepotisme.
Angka keramat, tanggal tujuh belas bulan kedelapan, tahun empat lima. Ini kegiatan lomba yang harus diikuti oleh para pegawai kantor kami bersama dengan pegawai-pegawai dari kantor lain.
Tujuannya sangat luhur, meningkatkan rasa nasionalisme, cinta bangsa dan negara yang merdeka pada tanggal tujuh belas Agustus tahun seribu sembilan ratus empat puluh lima. Wajib.
Penulis tidak tahu dari mana anggaran diambil oleh para kepala di kantor-kantor lain untuk hajatan lomba-lomba seperti ini.
Di kantor penulis, semua pegawai tahu bahwa anggaran pemeliharaan kantor dialihkan untuk kegiatan olah raga dan semua tahu bahwa kuitansi fiktif diatur oleh bendahara, kepala urusan keuangan dan kepala kantor.
Ini namanya kebijakan. Yang paling bijak dalam hal ini ialah penulis sebagai kepala kantor.
Ceritera di atas bukan fiksi. Tapi fakta. Itulah yang namanya KKN, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Penyalahgunaan. Nafsu senang terpenuhi.
Nalar diajar untuk bijaksana. Naluri dibungkam untuk tahu-sama-tahu. Nurani ditenangkan dengan bisikan, ini tidak apa-apa, kecil-kecil saja, tujuannya baik biarpun caranya salah.
Syukur bahwa uang hasil kebijakan ini tidak dipakai oleh bendahara, kepala urusan keuangan dan kepala kantor untuk pribadi dan keluarga. Rasa bersalah ada pada penulis, biarpun tipis. Tapi salah, yah, salah.
Hanya penulis bayangkan kalau ini terjadi di seluruh Indonesia dengan berbagai item pekerjaan yang lain, maka berapa banyak anggaran dari budjet nasional yang disalaharahkan dengan dalih kebijakan.
Lengkaplah kembar tiga bergandengan tangan, merusak bersama, “Korupsi”, bermain bersama secara tidak wajar, “Kolusi”, baku ajak antara kawan dekat untuk tutup mulut, “Nepotisme”.
Kantor berdiri megah dan gagah karena temboknya cerah mengkilat, hasil pemeliharaan setiap tahun, dicat berulang-ulang.
Kalau masih cemerlang, tidak diapa-apakan lagi karena anggarannya utuh untuk olahraga.
Inilah KKN dalam skala kecil. Aman, biarpun Naluri tidak meng-Amin-kan. Tuhan pasti tahu karena dapat laporan dari Malaikat-malaikat.
Untung diampuni karena disesali dengan doa tobat dan ini digolongkan dalam dosa kecil karena kebijakan yang menyimpang dalam skala kecil.
Cuma sedikit salah arah dengan tujuan baik, biarpun tidak benar. Ini sekadar bela diri, KKN tetap KKN, bukan diukur dari besar-kecilnya.
Bagaimana dengan ‘kebijakan’ dalam skala besar? Menyangkut dana ratusan juta, milliaran malah triliunan rupiah?
Rasa tidak bersalah dalam jumlah kecil terbawa-bawa ke rasa tidak bersalah dalam penyalahgunaan uang milik umum yang bernilai puluhan juta, ratusan juta, miliaran malah triliunan rupiah. Ini KKN, kembar tiga dalam skala besar.
Kembar tiga ini membuat tuan atau nyonya tampil di muka umum dengan gagah perkasa, anggun, merasa sama sekali tidak bersalah.
Ketiganya ada dalam diri pribadi manusia sebagai pelaku, hidup, berkembang biak, bergurau seperti biasa.
Akrab. Yah, namanya kembar. Kembar tiga lagi. Ternyata dalam pembangunan, inilah yang dinamakan virus KKN yang menggerogoti pribadi manusia sampai ke sumsum.
Pribadi sakit, keluarga rusak, masyarakat ambruk. Kanker pembagunan ini yang merajalela dalam diri para pembangun kalau tidak dihindari, tidak dibabat dan diobati, maka sampai kapan pun isi Sila Kelima dalam Pancasila, ‘Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia’, tidak akan terwujud.
Ibarat petani sawah, menyiram padi yang tumbuh subur dengan semprotan obat yang mematikan. Tanam, tumbuh, layu mati, hibur diri dengan gagal panen. Padahal sendiri yang menggagalkan bukan hama dari luar.
Kita manusia membangun ibarat petani menanam untuk panen. Tidak ada petani yang bodoh, tanam sekedar tanam, dilihat hijaunya daun tanpa menghasilkan buah.
Tidak ada petani yang menanam benih yang buruk yang pasti tidak tumbuh, atau kalaupun tumbuh, sekadar tumbuh tanpa hasil. Itulah pembangunan berwajah KKN.
Kembar tiga ini sudah lahir dan ada. Tidak bisa dihilangkan. Mereka bertiga melekat dalam diri kita manusia, setiap orang.
Kembar tiga ini bertumbuh mulai dalam diri kita manusia sejak kecil. Waktu di SD, anak kelas satu tidak merasa bersalah membawa pulang buku sekolah tanpa izin.
Guru boleh mencari di berbagai sudut ruangan. Waktu ditanya, siapa yang mengambil buku, tidak ada yang mengaku. Yang mengambil tetap diam dan merasa aman karena tidak ada yang tahu.
Inilah KKN tingkat SD. Tidak menghargai milik umum. Benih KKN mulai berkecambah sejak kecil.
Kembar tiga ini dihindari, harus sejak usia dini kita manusia. Kata kunci, jujur.
Setiap tindakan kita harus diukur dengan empat B: Benar, Baik, Bagus dan Berguna. Lawan dari 4 B, ialah 4S: Salah, Suap, Susut, Susah.
Bangunan jembatan yang besar, anggaran besar dipakai secara benar, dibangun dengan baik supaya bertahan lama, dibuat bagus supaya menarik dan dibuat sesuai kebutuhan sehingga berguna untuk kepentingan umum.
Kalau kembar tiga itu masuk, KKN, maka yang terjadi, anggaran disalahgunakan, suap sana-sini supaya tutup mulut, mutu bangunan tidak baik karena anggaran sudah susut dari yang seharusnya dan akibatnya, semua orang susah. Inilah kerja virus KKN.
Kita harus biasakan diri dengan kearifan orang tua-tua kita, “Barang apa saja, saya punya, saya punya, orang punya, orang punya”.
Orang Latin ratusan tahun sebelum Masehi, sudah ada peribahasa, “Res clamat dominum”, ‘Barang teriak menangis cari tuannya’.
Bolpoin yang harganya seribu rupiah dipinjam dari teman. Lupa kembalikan. Bolpoin itu menangis, berteriak cari tuannya. Yang meminjam dan lupa mengembalikan, segera sadar untuk mengembalikan.
Dompet orang jatuh di jalan. Kita temukan. Segera cari dan kembalikan kepada tuannya.
Kalau tidak, empat unsur dalam diri kita terganggu, Nafsu susah, Nalar kacau, Naluri gelisah, Nurani meratap. Ini akibat KKN, entah dalam jumlah kecil atau besar.
Niat baik selalu ada dalam diri kita setiap manusia. Menghindari virus KKN tidak membutuhkan sekolah atau kuliah bertahun-tahun. Mulai dari keluarga.
Jangan ajar anak, waktu ada tamu datang, anak lari masuk ke kamar, bapak, ada tamu, dan bapa bilang, bapa ada keluar, lalu anak dengan polosnya beritahu tamu, bapak bilang bapa ada keluar. Memalukan.
Kembar tiga ini membuat diri kita tidak tenang, tegang, tidur tak nyenyak, makan tak enak. Mari kita berdoa, “Tuhan, kami tidak mau KKN, beri kami rahmat untuk hidup jujur. Amin”. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.