UMKM NTT

Kisah Ina Rihi dari Sabu Raijua, Mengolah Tuak jadi Gula Lempeng dan Gula Sabu 

Proses memasak tuak, nira pohon lontar, untuk menjadi gula lempeng dan gula Sabu oleh warga Kabupaten Sabu Raijua.

|
Penulis: Agustina Yulian Tasino Dhema | Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA
Henderina alias Ina Rihi dan anaknya Tobias Kadja (28) menuangkan Gula Sabu yang dimasak dari tuak, nira pohon lontar, di Kabupaten Sabu Raijua. 

Tuak bisa diiris setiap hari sehingga produksi gula Sabu juga lancar.

"Kalau kerja kebun, sebelum panen, kita makan apa? Pikirnya begitu. Jadi kalau di tuak, sebelum sampai di beras kita bisa tetap makan. Seandainya tidak ada beras di rumah dan belum ada yang beli beras, sore saya bisa lari iris tuak, masak, bisa ganti beras. Ketika tak ada makanan lain, ada gula," ucap Tobi.

Alasan lainnya, lanjut Tobi, mengiris tuak lebih mudah dan murah dari segi modal. Dia mengaku sulit meninggalkan pekerjaan mengiris tuak.

Menyadap nira lontar kemudian mengolah menjadi gula lempeng dan gula Sabu merupakan mata pencaharian utama keluarga Ina Rihi.

Tobi mengungkapkan, nira yang disadap dari sembilan pohon lontar menghasilkan tuak satu jerigen 5 liter.

Untuk sekali produksi gula lempeng, Tobi menghabiskan sekitar 15 liter tuak. Tuak dimasak selama 2 jam, itupun tergantung apinya. 

Menurutnya, semakin banyak tuak, waktu memasaknya pun lebih lama. Setelah dimasak 30 menit, tuak mendidih dan berbuih putih. 

Kemudian buihnya dikeluarkan agar tuak tidak berubah rasa.

Proses selanjutnya, kata Tobi, didihan kedua dibiarkan sampai berubah warna coklat dan mengeluarkan aroma.

Waktu memasak gula lempeng dan gula Sabu hampir sama namun untuk olahan gula lempeng ditambahkan sedikit minyak goreng agar cairan gula ini bisa membeku sehingga mudah dicetak menggunakan mal bentuk apa pun.

Tobi lebih memilih mal persegi kecil dari anyaman daun lontar.

Sedangkan untuk gula Sabu tidak ditambahkan bahan apa pun sehingga bentuknya tak berubah hanya sedikit mengental kuning keemasan.

"Tapi gula setiap hari kita bisa makan, bisa kenyang. Banyak juga yang minta untuk masak moke (arak). Masak moke ringan dan penghasilannya lebih besar. Saya pikir, ketika minum moke bisa mabuk tetapi kalau air gula, tidak ada efek samping," lanjutnya.

Tobi menjual gula lempeng dengan harga Rp5.000 per lempeng dan gula sabu Rp30.000 per liter.

Dari usahanya, Tobi bisa membangun rumah dan cukup membiayai kehidupan keluarga. 

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved