Opini
Opini: Claret dan Kerasulan Media
Claret lahir di Sallent, Vich, Spanyol pada 23 Desember 1807 dan meninggal di Biara Cistersian di Frontfroide, Narbone, Prancis pada 24 Oktober 1870.
Pada hakikatnya, karya kerasulan yang berorientasi pemakluman kabar gembira (euangelion) kepada umat manusia mengandaikan eksodus “dari altar menuju pasar”, “dari meja ekaristi menuju meja umat”.
Dalam hal ini, media-media masa seperti surat kabar, majalah, buku, jurnal, dll., bisa menjadi jembatan yang menghubungkan Gereja dengan dunia. Kesuksesan Claret dalam kerasulan media merupakan sebuah prakondisi yang baik bagi gerak misi Gereja masa kini di bidang kerasulan yang sama.
Sekurang-kurangnya, ada tiga kenyataan aktual yang mendesak Gereja menjalankan secara serius kerasulan media.
Pertama, fenomena hoax kian menghantui ruang-ruang publik, merangsek ke dalam Gereja, bahkan membelokkan orientasi dan idealisme media itu sendiri.
Kedua, jumlah pewarta tidak sebanding dengan banyaknya umat dengan aksesibilitas yang cukup sulit.
Ketiga, telah terjadi pergeseran makna dan pola hidup manusia akibat pengaruh kapitalisme dan globalisasi.
Menghadapi kenyataan-kenyataan tersebut, pewartaan yang disampaikan Gereja melalui media diharapkan mampu memberikan pijakan spiritual dan moral yang kokoh bagi umat di tengah kebimbangan dan disorientasi makna hidup yang mereka alami.
Di samping itu, publikasi pewartaan yang mampu menjangkau seluruh lapisan umat manusia membutuhkan sebuah media lain, yaitu media online.
Media Online: Medan Kerasulan Tak Bersekat
Menguatnya peran media-media online dalam dunia publikasi saat ini kiranya menjadi stimulus bagi Gereja untuk mengembangkan kultur baru dalam berkerasulan.
Tantangannya tidak hanya soal bagaimana memindahkan konten pewartaan dari kertas ke portal online, tetapi juga menyangkut bagaimana membuat konten itu disesuaikan dengan sistem kerja fitur-fitur online itu sendiri. Karena itu, diperlukan sebuah literasi teknologi dan media bagi pewarta.
Keunggulan dari pewartaan melalui media online ialah khalayak pembacanya yang lebih luas dan banyak. Melalui media online, Gereja masuk dalam sebuah ruang pewartaan tak bersekat dan tak berhingga.
Kalau Claret, dengan mengandalkan media cetak bisa menyelamatkan jutaan orang, Gereja saat ini, melalui sistem penyebaran informasi media online yang tak bersekat, mesti mampu melampaui jumlah itu.
Media Sosial dan Redefinisi Pewartaan
Di samping media massa (cetak dan online), pewartaan melalui media sosial pun penting untuk diwacanakan. Data dari situs We Are Social menunjukkan, ada 5,04 miliar dari 8,08 miliar total penduduk yang menggunakan media sosial per Januari 2024.
Petrus Nandi
Opini Pos Kupang
Santo Antonius Maria Claret
Antonius Maria Claret
Seminari Hati Maria Kupang
kerasulan media
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.