Opini

Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri?

Anak menolak pakai jaket saat hujan? Silakan, biarkan dia kedinginan sebentar, agar lain kali ia tahu pentingnya menjaga diri. 

Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI ELINDA RIZKASARI
Elinda Rizkasari 

Oleh : Dr. Elinda Rizkasari.,S.Pd.,M.Pd
Dosen prodi PGSD Universitas Slamet Riyadi ( Unisri) Surakarta

POS-KUPANG.COM -  Beberapa minggu terakhir, jagat media sosial diramaikan oleh istilah baru dalam dunia pengasuhan: FAFO parenting. 

Konsep ini meledak di TikTok dan Instagram lalu diulas oleh berbagai media internasional. 

Intinya sederhana tapi kontroversial yaitu biarkan anak belajar dari konsekuensi nyata atas perbuatannya sendiri. 

“Find Out by Fucking Around” begitu singkatan yang tidak sopan itu dipopulerkan di luar negeri, meski tentu dalam konteks parenting maknanya dilunakkan menjadi “biarkan anak tahu akibat dari tindakannya.”

Bagi sebagian orang tua, konsep ini terasa menyegarkan. Tidak perlu berpanjang-panjang menasihati, cukup biarkan anak merasakan konsekuensi dari pilihan mereka. 

Baca juga: Opini: Urgensitas Digital Parenting Bagi Generasi Alfa

Anak menolak pakai jaket saat hujan? Silakan, biarkan dia kedinginan sebentar, agar lain kali ia tahu pentingnya menjaga diri. 

Anak lupa mengerjakan PR? Jangan buru-buru membantu, biarkan ia mendapat teguran guru.

Namun, di sisi lain, banyak psikolog memperingatkan konsekuensi yang terlalu keras bisa melukai kepercayaan diri anak dan bahkan meninggalkan trauma jangka panjang. 

Pertanyaannya, sampai sejauh mana orang tua boleh melepas kontrol, dan kapan mereka tetap harus hadir sebagai “rem pelindung”?

Dari “Gentle” ke “FAFO”: Pergeseran Tren Parenting

Tren parenting selalu berputar mengikuti zaman. Setelah lama digandrungi, gentle parenting yang menekankan kelembutan, komunikasi empatik, dan validasi emosi, kini dinilai sebagian orang tua terlalu permisif. 

Generasi Alpha anak-anak yang lahir di era digital serba cepat sering kali dianggap “kurang disiplin” karena terlalu sering ditenangkan, bukan ditegaskan.

Di sinilah FAFO parenting muncul sebagai reaksi.  Alih-alih terus-menerus mengingatkan dengan nada lembut, orang tua lebih memilih membiarkan anak menanggung konsekuensi nyata. 

Pendekatan ini terasa cocok di tengah dunia yang keras dan kompetitif.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved